Rabu, 03 Juli 2013

Ramadlan Kemungkinan 10 Juli, NU Tunggu Hasil Rukyah Pemerintah

JAKARTA - Awal Ramadhan 1434 Hijriyah tahun ini, menurut kelompok rukyatul hilal (melihat bulan dengan mata telanjang) kemungkinan besar akan jatuh pada Rabu, 10 Juli 2013. Sebab menurut data astronomis, Senin, 8 Juli 2013, bulan belum bisa dilihat (belum imkanurrukyah), walaupun sudah ada wujudul hilal (ada bulan). Imkanurrukyah kemungkinan besar baru bisa terlaksana pada Selasa, 9 Juli 2013. Demikian dikemukakan Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Ahmad Ghozalie Marsroeri kepada MUIonline di Jakarta, Rabu (3/7) sehubungan akan datangnya Bulan Suci Ramadhan.

“Memang keungkinannya antara tanggal 9 atau 10 Juli awal Ramadhan. Itu menurut hitung-hitungan. Tapi NU masih menunggu hasil rukyah yang dilaksanakan nanti pada tanggal 8 Juli sore. Kita menunggu ketetapan hasil rukyah dari Sidang Itsbat oleh pemerintah atau Kementerian Agama. NU tidak akan mendahului karena menurut perintah Rasulullah, penentuan awal Ramadhan dan Idul Fitri itu harus dengan rukyah. Namun, kalau ada yang beda paham, ya tetap kita hormati,” tegas Ahmad Ghozalie Masroeri.

Seperti diketahui, Muhammadiyah sudah menentukan awal Bulan Ramadhan jatuh pada Hari Selasa, 9 Juli 2013 dan tanggal 1 Syawwal atau Idul Fitri jatuh pada Kamis, 8 Agustus 2013. Penetapan awal Ramadhan oleh Muhammadiyah adalah didasarkan pada wujudul hilal (sudah adanya bulan) walaupun belum bisa terlihat, sesuai hasil Musyawarah Majelis Tarjih Dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ketetapan itu tetuang dalam Maklumat Nomor 04/2013 Tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawwal dan Dzulhijjah 1434 Hijriyah tertanggal 23 Mei 2013 yang ditandatangani Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. H. Din Syamsuddin dan Sekretaris Umum Danarto.

Dan seperti diberitakan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga masih menunggu penetapan hasil rukyah dari pemerintah tentang awal Ramadhan tahun 2013 ini. Menurut Ketua MUI Pusat Prof. Dr. KH. Umar Shihab, rukyah merupakan cara penentuan awal Ramadhan dan Idul Fitri sebagaimana diajarakan Rasulullah. Dan pemerintah merupakan Ulil Amri yang harus kita taati sebagaimana dalam Al-Qur'anul Karim. Kita harus tunduk pada Ulil Amri. Ketaatan pada Ulil Amri atau pemerintah merupakan perintah Allah SWT, selama pemerintah itu dalam koridor ketundukan kepada Allah dan RasulNya.

Perbedaan prinsip antara NU dan Muhammadiyah, misalnya, adalah pada imkanurrukyah. Muhammadiyah berprinsip bahwa yang terpenting sudah ada hilal (wudul hilal) walaupun belum bisa dilihat (imkanurrukyah). Sementara NU berprinsip bahwa hulal harus bisa dilihat (imkanurrukyah), disamping wujudul hilal. Walaupun bulan sudah ada, tapi belum bisa dilihat, maka belum cukup memenuhi persyaratan awal Ramadhan dan Idul Fitri. Begitu juga Persis misalnya, walaupun menganut hisab, tapi juga mensyaratkan imkanurrukyah, bukan sekedar wudul hilal sebagaimana Muhammadiyah yang sama-sama menganut hisab.

Berdasarkan s.w. Mawaaqit 2001 yang diperoleh MUIonline dari Lajnah Falakiyah PBNU, menurut data Astronomis, pada Hari Senin, 8 Juli 2013, waktu ijtimak (pertemuan antara bulan dan matahari) terjadi pada pukul 14.15. Matahari terbenam pukul 17:51:26. Azimut 292* 28’ 5,4”. Bulan terbenam pukul 17:54:24. Azimut: 287* 51’ 8,7”. Saat matahari terbenam, umur bulan 3,51 jam. Fase pencahaan: 0,18 persen. Tinggi dari horizon: 0* 20’ 32,7”. Azimut: 287* 56’ 5,9”. Bright Limb: 347* 21’ 50,3. Elongasi: 48 47’ 50,5’. Jadi, menurut data di atas, tinggi hilal berada pada sekitar 32,7 derajat yang belum terjadi imkanurrukyah.

Sedangkan data astronomis pada Hari Selasa, 9 Juli 2013 adalah, matahari terbenam pukul 17:51:39. Azimut 292* 20’ 53,3”. Bulan terbenam pukul 18:41:45. Azimut: 285* 22’ 13,1”. Saat matahari terbenam, umur bulan 27,62 jam. Fase pencahayaan 1,39 pesen. Tinggi dari horizon: 10* 52’ 8,1”. Azimut: 287* 7’ 1,8”. Bright Limb: 302* 42’ 52,1”. Elongasi: 13* 30’ 45,5”. Menurut data di atas, tinggi bulan sudah sekitar 8,1 derajat yang sangat memungkinkan untuk imkanurrukyah.

Berdasarkan data astronomis di atas, maka kemungkinan besar hilal belum bisa dilihat pada Hari Senin, 8 Juli. Sehingga, Bulan Sya’ban diistikmalkan menjadi 30 hari dan awal Ramadhan jatuh pada Hari Rabu, 10 Juli 2013. Namun begitu, pada tanggal Senin, 8 Juli 2013 tetap dilakukan rukyatul hilal (melihat bulan) dengan mata telanjang. Rukyatul hilal ini merupakan amanat Rasulullah dalam menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri. Karena, bisa saja, menurut perhitungan falakiyah belum bisa imkanurrukyah (bulan belum bisa dilihat), tapi dalam kenyataannya bulan terlihat.

“Semua ini adalah merupakan rahasia Allah SWT, kenapa Rasulullah memerintahkan kita untuk rukyatul hilal (melihat bulan) bukan menghitung (hisab). Dan kalau ternyata cuaca mendung atau ada halangan seperti mendung, Rasulullah minta agar hitungan bulan berjalan digenapkan menjadi 30 hari. Semua ini pasti ada rahasia Allah,” ujar Ghozalie Marsroeri.

Rukyatul hilal ini juga yang dianut oleh pemerintah Indonesia melalui Badan Itsbat di bawah Kementerian Agama RI. Seperti diketahui, Badan Itsbat akan melakukan sidang itsbat pada Senin, 8 Juli 2013 dan dipimpin langsung oleh Menteri Agama Drs. H. Surya Dharma Ali, M.Si. Sidang itsbat itu diikuti oleh sejumlah Organisasi Keagamaan Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Al-Washliyah, Persis, sejumlah kiai dan ulama pimpinan Pondok Pesantren dan lain-lain. Metode rukyatul hilal dalam menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri dilakukan oleh sebagian besar para ulama, dari dulu hingga saat ini, dan sudah menjadi kesepakatan dan ketetapan Organisasi Negara-Negara Islam Se-Dunia (OKI). Tetapi ada beberapa Negara Islam yang tidak mengikutinya, termasuk Kerajaan Arab Saudi yang tetap memakai cara hisab.

Sementara itu, Kordinator Tim Rukyatul Hilal PWNU Jawa Timur KH. M. Sholeh Hayat mengakui bahwa waktu ijtimak yang merupakan konjungsi (pertemuan secara astronomis antara rembulan dan matahari) terjadi pada Hari Senin, 8 Juli 2013 sekitar antara pukul 14:10 WIB – 14:17 WIB. Namun kitab Sullamun Nayyirin menyebutkan bahwa ijtimak terjadi pada pukul 12:07 WIB. Dengan demikian, maka irtifak hilalnya setinggi 02,45 derajat. Sedangkan tiga kitab lainnya menyebutkan bahwa irtifak masih di bawah ufuk antara 0,16 hingga 0,31 derajat. Ketiga kitab itu adalah Nurul Anwar, Irshadul Jadid dan Irshadul Murid. Sementara rumus kontemporer Ephemeris menghitung irtifak hilal juga masih minus 0,32 derajat.

“Jadi, dua kitab Sullamun Nayyirin dan Irshadul Jadid menyimpulkan awal Ramadhan jatuh pada Selasa, 9 Juli 2013. Sedangkan dua kitab lainnya Nurul Anwar dan Irshadul Murid serta rumus modern menyimpulkan bahwa 1 Ramadhan 1434 Hijriyah jatuh pada Hari Rabu, 10 Juli 2013. Ini baru menurut hitung-hitungan atau hisab.Tapi NU Jatim tetap akan menunggu terlebih dahulu hasil sidang Itsbat berdasarkan rukyatul hilal yang dilaksanakan pemerintah melalui Kementerian Agama pada tanggal 8 Juli mendatang,” kata Sholeh Hayat. (Qr)

Sumber: MUI Online

SHARE THIS

Author:

Situs Berita Islam Balipapan merupakan situs yang memberitakan tentang dunia Islam dan umat Islam, berbagi informasi dan menyemarakkan dakwah / syiar Islamiyah.

0 komentar: