JAKARTA - Awal Ramadhan 1434 Hijriyah tahun
ini, menurut kelompok rukyatul hilal (melihat bulan dengan mata
telanjang) kemungkinan besar akan jatuh pada Rabu, 10 Juli 2013. Sebab
menurut data astronomis, Senin, 8 Juli 2013, bulan belum bisa dilihat
(belum imkanurrukyah), walaupun sudah ada wujudul hilal (ada bulan).
Imkanurrukyah kemungkinan besar baru bisa terlaksana pada Selasa, 9 Juli
2013. Demikian dikemukakan Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Ahmad Ghozalie Marsroeri kepada MUIonline di
Jakarta, Rabu (3/7) sehubungan akan datangnya Bulan Suci Ramadhan.
“Memang keungkinannya antara tanggal 9 atau 10 Juli
awal Ramadhan. Itu menurut hitung-hitungan. Tapi NU masih menunggu
hasil rukyah yang dilaksanakan nanti pada tanggal 8 Juli sore. Kita
menunggu ketetapan hasil rukyah dari Sidang Itsbat oleh pemerintah atau
Kementerian Agama. NU tidak akan mendahului karena menurut perintah
Rasulullah, penentuan awal Ramadhan dan Idul Fitri itu harus dengan
rukyah. Namun, kalau ada yang beda paham, ya tetap kita hormati,” tegas
Ahmad Ghozalie Masroeri.
Seperti diketahui, Muhammadiyah sudah menentukan
awal Bulan Ramadhan jatuh pada Hari Selasa, 9 Juli 2013 dan tanggal 1
Syawwal atau Idul Fitri jatuh pada Kamis, 8 Agustus 2013. Penetapan awal
Ramadhan oleh Muhammadiyah adalah didasarkan pada wujudul hilal (sudah
adanya bulan) walaupun belum bisa terlihat, sesuai hasil Musyawarah
Majelis Tarjih Dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ketetapan itu
tetuang dalam Maklumat Nomor 04/2013 Tentang Penetapan Hasil Hisab
Ramadhan, Syawwal dan Dzulhijjah 1434 Hijriyah tertanggal 23 Mei 2013
yang ditandatangani Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. H. Din
Syamsuddin dan Sekretaris Umum Danarto.
Dan seperti diberitakan, Majelis Ulama Indonesia
(MUI) juga masih menunggu penetapan hasil rukyah dari pemerintah tentang
awal Ramadhan tahun 2013 ini. Menurut Ketua MUI Pusat Prof. Dr. KH.
Umar Shihab, rukyah merupakan cara penentuan awal Ramadhan dan Idul
Fitri sebagaimana diajarakan Rasulullah. Dan pemerintah merupakan Ulil
Amri yang harus kita taati sebagaimana dalam Al-Qur'anul Karim. Kita
harus tunduk pada Ulil Amri. Ketaatan pada Ulil Amri atau pemerintah
merupakan perintah Allah SWT, selama pemerintah itu dalam koridor
ketundukan kepada Allah dan RasulNya.
Perbedaan prinsip antara NU dan Muhammadiyah,
misalnya, adalah pada imkanurrukyah. Muhammadiyah berprinsip bahwa yang
terpenting sudah ada hilal (wudul hilal) walaupun belum bisa dilihat
(imkanurrukyah). Sementara NU berprinsip bahwa hulal harus bisa dilihat
(imkanurrukyah), disamping wujudul hilal. Walaupun bulan sudah ada, tapi
belum bisa dilihat, maka belum cukup memenuhi persyaratan awal Ramadhan
dan Idul Fitri. Begitu juga Persis misalnya, walaupun menganut hisab,
tapi juga mensyaratkan imkanurrukyah, bukan sekedar wudul hilal
sebagaimana Muhammadiyah yang sama-sama menganut hisab.
Berdasarkan s.w. Mawaaqit 2001 yang diperoleh
MUIonline dari Lajnah Falakiyah PBNU, menurut data Astronomis, pada Hari
Senin, 8 Juli 2013, waktu ijtimak (pertemuan antara bulan dan matahari)
terjadi pada pukul 14.15. Matahari terbenam pukul 17:51:26. Azimut 292*
28’ 5,4”. Bulan terbenam pukul 17:54:24. Azimut: 287* 51’ 8,7”. Saat
matahari terbenam, umur bulan 3,51 jam. Fase pencahaan: 0,18 persen.
Tinggi dari horizon: 0* 20’ 32,7”. Azimut: 287* 56’ 5,9”. Bright Limb:
347* 21’ 50,3. Elongasi: 48 47’ 50,5’. Jadi, menurut data di atas,
tinggi hilal berada pada sekitar 32,7 derajat yang belum terjadi
imkanurrukyah.
Sedangkan data astronomis pada Hari Selasa, 9 Juli
2013 adalah, matahari terbenam pukul 17:51:39. Azimut 292* 20’ 53,3”.
Bulan terbenam pukul 18:41:45. Azimut: 285* 22’ 13,1”. Saat matahari
terbenam, umur bulan 27,62 jam. Fase pencahayaan 1,39 pesen. Tinggi dari
horizon: 10* 52’ 8,1”. Azimut: 287* 7’ 1,8”. Bright Limb: 302* 42’
52,1”. Elongasi: 13* 30’ 45,5”. Menurut data di atas, tinggi bulan sudah
sekitar 8,1 derajat yang sangat memungkinkan untuk imkanurrukyah.
Berdasarkan data astronomis di atas, maka kemungkinan besar hilal
belum bisa dilihat pada Hari Senin, 8 Juli. Sehingga, Bulan Sya’ban
diistikmalkan menjadi 30 hari dan awal Ramadhan jatuh pada Hari Rabu, 10
Juli 2013. Namun begitu, pada tanggal Senin, 8 Juli 2013 tetap
dilakukan rukyatul hilal (melihat bulan) dengan mata telanjang. Rukyatul
hilal ini merupakan amanat Rasulullah dalam menentukan awal Ramadhan
dan Idul Fitri. Karena, bisa saja, menurut perhitungan falakiyah belum
bisa imkanurrukyah (bulan belum bisa dilihat), tapi dalam kenyataannya
bulan terlihat.
“Semua ini adalah merupakan rahasia Allah SWT, kenapa Rasulullah
memerintahkan kita untuk rukyatul hilal (melihat bulan) bukan menghitung
(hisab). Dan kalau ternyata cuaca mendung atau ada halangan seperti
mendung, Rasulullah minta agar hitungan bulan berjalan digenapkan
menjadi 30 hari. Semua ini pasti ada rahasia Allah,” ujar Ghozalie
Marsroeri.
Rukyatul hilal ini juga yang dianut oleh pemerintah
Indonesia melalui Badan Itsbat di bawah Kementerian Agama RI. Seperti
diketahui, Badan Itsbat akan melakukan sidang itsbat pada Senin, 8 Juli
2013 dan dipimpin langsung oleh Menteri Agama Drs. H. Surya Dharma Ali,
M.Si. Sidang itsbat itu diikuti oleh sejumlah Organisasi Keagamaan Islam
seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Al-Washliyah, Persis,
sejumlah kiai dan ulama pimpinan Pondok Pesantren dan lain-lain. Metode
rukyatul hilal dalam menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri dilakukan
oleh sebagian besar para ulama, dari dulu hingga saat ini, dan sudah
menjadi kesepakatan dan ketetapan Organisasi Negara-Negara Islam
Se-Dunia (OKI). Tetapi ada beberapa Negara Islam yang tidak
mengikutinya, termasuk Kerajaan Arab Saudi yang tetap memakai cara
hisab.
Sementara itu, Kordinator Tim Rukyatul Hilal PWNU
Jawa Timur KH. M. Sholeh Hayat mengakui bahwa waktu ijtimak yang
merupakan konjungsi (pertemuan secara astronomis antara rembulan dan
matahari) terjadi pada Hari Senin, 8 Juli 2013 sekitar antara pukul
14:10 WIB – 14:17 WIB. Namun kitab Sullamun Nayyirin menyebutkan bahwa
ijtimak terjadi pada pukul 12:07 WIB. Dengan demikian, maka irtifak
hilalnya setinggi 02,45 derajat. Sedangkan tiga kitab lainnya
menyebutkan bahwa irtifak masih di bawah ufuk antara 0,16 hingga 0,31
derajat. Ketiga kitab itu adalah Nurul Anwar, Irshadul Jadid dan
Irshadul Murid. Sementara rumus kontemporer Ephemeris menghitung irtifak
hilal juga masih minus 0,32 derajat.
“Jadi,
dua kitab Sullamun Nayyirin dan Irshadul Jadid menyimpulkan awal
Ramadhan jatuh pada Selasa, 9 Juli 2013. Sedangkan dua kitab lainnya
Nurul Anwar dan Irshadul Murid serta rumus modern menyimpulkan bahwa 1
Ramadhan 1434 Hijriyah jatuh pada Hari Rabu, 10 Juli 2013. Ini baru
menurut hitung-hitungan atau hisab.Tapi NU Jatim tetap akan menunggu
terlebih dahulu hasil sidang Itsbat berdasarkan rukyatul hilal yang
dilaksanakan pemerintah melalui Kementerian Agama pada tanggal 8 Juli
mendatang,” kata Sholeh Hayat. (Qr)
Sumber: MUI Online
0 komentar: