KAIRO - Sebelum Morsi lengser dari jabatan presiden, banyak
kritikan yang dialamatkan kepadanya bahwa cara kepemimpinannya tidak
jauh berbeda dengan Mubarak. Banyak aktifis yang ditangkap karena
dipandang menggangu stabilitas negara. Hal ini tidak mengagetkan. Hampir
separuh rakyat Mesir memilih abstain dalam pemilihan presiden putaran
kedua antara Morsi dan Syafiq. Menurut mereka, kedua-duanya adalah
pilihan yang pahit. Rakyat Mesir tidak mau dipimpin oleh Ikhwanul
Muslimin yang diwakili oleh Morsi, juga tidak mau rezim Mubarak kembali
lagi yang diwakili oleh Syafiq. Hasil akhir pun mengatakan bahwa
revolusi 25 Januari 2011 gagal. Karena dua calon pilpres putaran kedua
tidak mencerminkan revolusi, dan ternyata hasil akhir pun beda tipis
antara suara pemilih Morsi dan Syafiq.
Harian elwathan merilis 10 persamaan kejadian antara Mubarak dan Morsi sebelum mereka lengser. Berikut persamaannya:
1- Membakar Kantor
Para
demonstran melakukan aksi pembakaran kantor-kantor Partai Nasional
Demokrat, partai pimpinan Mubarak yang berkuasa saat itu, di beberapa
provinsi, dan kantor pusat di Cornez Neil. Hal yang sama terjadi di era
Morsi. Kantor-kantor Jamaah Ikhwanul Muslimin dibakar di beberapa
provinsi, dan kantor pusat di Muqatham.
2- Militer Berkumpul Tanpa Presiden
Dewan
Tinggi Militer melakukan rapat tertutup dengan seluruh anggotanya,
tanpa Presiden Mubarak. Akhirnya, Dewan Tinggi Militer mengumumkan
pernyataan sikapnya yang pertama, tanpa diketahui oleh Mubarak atau
instansi kepresidenan sebelumnya. Hal yang sama terjadi pada Morsi.
Pernyataan Dewan Militer diluar sepengetahuan Morsi sebelumnya.
3- Mengakomodir Aspirasi Rakyat
“Kami
akan mengakomodir aspirasi seluruh rakyat”. Kalimat ini disampaikan
oleh Jubir Kepresidenan. Pada awal hari-hari ‘Kemarahan’ pada rentetan
revolusi 25 Januari, Jubir Kepresidenan yang pertama kali berbicara ke
rakyat adalah Shafwat Syarif. Dia menegaskan bahwa Partai Nasional
Demokrat akan mengakomodir aspirasi rakyat dan mampu untuk
mewujudkannya. Hal yang sama terjadi lagi di era Morsi pada jumpa pres
pertama, setelah Bundaran Tahrir dan Istana Negara padat dengan
demonstran. Jubirnya adalah Ihab Fahmi. Dia menegaskan bahwa pemerintah
akan mengakomodir dan mewujudkan tuntuan rakyat.
4- Tanpa Diketahui Menteri Komunikasi dan Informasi
Abdul
Lathif Munawi, Mantan Ketua Bidang Pemberitaan di era Mubarak,
mengatakan: “Saya dapat telepon bahwa Dewan Tinggi Militer telah membuat
pernyataan yang dibuat tanpa sepengetahuan siapa pun, dan harus
disiarkan secara tiba-tiba, utamanya tanpa sepengetahuan Menteri
Komunikasi dan Informasi Anas Fiqhi. Di era Morsi, Ibrahim Shayad, Ketua
Bidang Pemberitaan, menerima pernyataan sikap Dewan Militer untuk
disiarkan. Rekaman itu diterima lansung dari seorang utusan Dewan
Militer, tanpa diketahui terlebih dahulu oleh Menteri Komunikasi dan
Informasi, Shalah Abdul Maqshud.
5- Saya atau Keributan
Dalam
pidatonya yang terakhir, Mubarak memperingatkan rakyat Mesir dengan
pernyataannya: “Saya atau keributan”. Morsi sendiri, sebagaimana
diberitakan oleh Guardian, menolak tuntutan oposisi untuk menyegerakan
pemilihan presiden baru. Dia menyatakan: “Jika demikian, maka legitimasi
presiden selanjutnya akan dijatuhkan, dan akan terus menimbulkan
keributan tanpa akhir.”
6- Rakyat Ingin Lengserkan Rezim
Di
era Mubarak, setelah Dewan Militer menyatakan sikap, yel-yel demonstran
semakin nyaring untuk memintannya lengser. Yel-yel tersebut berbunyi
“Rakyat Ingin Lengserkan Rezim.” Di era Morsi, setelah Dewan Militer
mengeluarkan pernyataan sikap, yel-yel para demonstran juga berbunyi
“Rakyat Ingin Lengserkan Rezim”.
7- Pendukung Rezim Berdemo
Di
saat jutaan demonstran memenuhi titik-titik demo untuk menuntut Mubarak
segera mengundurkan diri, terdapat demo tandingan yang tetap
mendukungnya di daerah Musthafa Mahmud. Di era Morsi, para pendukung
Morsi juga melakukan demo di daerah Rabeah el-Adaweyah.
8- Maaf Wahai Presiden
Para
pengikut Mubarak membuat Fans Page di Facebook dengan nama “Ana Asif Ya
Rais” (Saya Mohon Maaf Wahai Presiden). Halaman ini dibuat untuk
mempublikasikan prestasi-prestasi Mubarak selama memimpin Mesir, yang
pada akhirnya ini menjadi halaman terbesar para pendukung Mubarak. Di
era Morsi, tepatnya dua bulan sebelum demonstrasi besar-besaran, para
pengikut Morsi membuat Fans Page di facebook dengan nama “Asif Ya Rais”
(Maaf Wahai Presiden), yang dibuat untuk tujuan yang sama.
9- Memenuhi Suara Kaum Pemuda
Dalam
pidatonya yang ketiga, Mubarak menegaskan bahwa dirinya akan memenuhi
tuntutan kaum muda. Dia mengakui telah banyak melakukan kesalahan.
Setiap pemerintah negara mana pun pasti pernah melakukan kesalahan. Akan
tetapi yang terpenting adalah pengakuan akan kesalahan tersebut dan mau
memperbaikinya dengan sesegera mungkin. Morsi menggunakan uslub pidato
yang sama, yaitu akan memenuhi tuntutan kaum muda. Dia juga membicarakan
mengenai setahun kepemimpinannya dan mengakui akan
kesalahan-kesalahannya, dan akan memperbaikinya.
10- Obama Meminta Rezim Memenuhi Tuntutan Rakyat
Gelombang
demontrasi yang cukup besar di Mesir membuat Presiden Amerika Barack
Obama meminta otoritas Mesir agar mencegah terjadinya tindak anarkis dan
segera memenuhi tuntutan rakyat. Dia menegaskan bahwa rakyat Mesir
berhak untuk berdemo dan mengungkapkan pendapat mereka. Dia juga meminta
pemerintah Mesir agar membuka kembali saluran internet yang sebelumnya
sempat diputus. Di era Morsi, Obama menghubungi Morsi untuk memberitahu
akan kekhawatirannya terkait kondisi Mesir. Dia meminta Morsi untuk
memenuhi tuntutan rakyat.
Redaktur: Muhammad Aidil
Editor: Fathul Aziz
Sumber: Mosleminfo
Sumber: Mosleminfo
0 komentar: