Jumat, 05 Juli 2013

Sisi Yang Berbeda, 10 Persamaan Mubarak dan Morsi Sebelum Lengser

KAIRO - Sebelum Morsi lengser dari jabatan presiden, banyak kritikan yang dialamatkan kepadanya bahwa cara kepemimpinannya tidak jauh berbeda dengan Mubarak. Banyak aktifis yang ditangkap karena dipandang menggangu stabilitas negara. Hal ini tidak mengagetkan. Hampir separuh rakyat Mesir memilih abstain dalam pemilihan presiden putaran kedua antara Morsi dan Syafiq. Menurut mereka, kedua-duanya adalah pilihan yang pahit. Rakyat Mesir tidak mau dipimpin oleh Ikhwanul Muslimin yang diwakili oleh Morsi, juga tidak mau rezim Mubarak kembali lagi yang diwakili oleh Syafiq. Hasil akhir pun mengatakan bahwa revolusi 25 Januari 2011 gagal. Karena dua calon pilpres putaran kedua tidak mencerminkan revolusi, dan ternyata hasil akhir pun beda tipis antara suara pemilih Morsi dan Syafiq.

Harian elwathan merilis 10 persamaan kejadian antara Mubarak dan Morsi sebelum mereka lengser. Berikut persamaannya:

1-      Membakar Kantor
Para demonstran melakukan aksi pembakaran kantor-kantor Partai Nasional Demokrat, partai pimpinan Mubarak yang berkuasa saat itu, di beberapa provinsi, dan kantor pusat di Cornez Neil. Hal yang sama terjadi di era Morsi. Kantor-kantor Jamaah Ikhwanul Muslimin dibakar di beberapa provinsi, dan kantor pusat di Muqatham.

2-      Militer Berkumpul Tanpa Presiden
Dewan Tinggi Militer melakukan rapat tertutup dengan seluruh anggotanya, tanpa Presiden Mubarak. Akhirnya, Dewan Tinggi Militer mengumumkan pernyataan sikapnya yang pertama, tanpa diketahui oleh Mubarak atau instansi kepresidenan sebelumnya. Hal yang sama terjadi pada Morsi. Pernyataan Dewan Militer diluar sepengetahuan Morsi sebelumnya.

3-      Mengakomodir Aspirasi Rakyat
 “Kami akan mengakomodir aspirasi seluruh rakyat”. Kalimat ini disampaikan oleh Jubir Kepresidenan. Pada awal hari-hari ‘Kemarahan’ pada rentetan revolusi 25 Januari, Jubir Kepresidenan yang pertama kali berbicara ke rakyat adalah Shafwat Syarif. Dia menegaskan bahwa Partai Nasional Demokrat akan mengakomodir aspirasi rakyat dan mampu untuk mewujudkannya. Hal yang sama terjadi lagi di era Morsi pada jumpa pres pertama, setelah Bundaran Tahrir dan Istana Negara padat dengan demonstran. Jubirnya adalah Ihab Fahmi. Dia menegaskan bahwa pemerintah akan mengakomodir dan mewujudkan tuntuan rakyat.

4-      Tanpa Diketahui Menteri Komunikasi dan Informasi
Abdul Lathif Munawi, Mantan Ketua Bidang Pemberitaan di era Mubarak, mengatakan: “Saya dapat telepon bahwa Dewan Tinggi Militer telah membuat pernyataan yang dibuat tanpa sepengetahuan siapa pun, dan harus disiarkan secara tiba-tiba, utamanya tanpa sepengetahuan Menteri Komunikasi dan Informasi Anas Fiqhi. Di era Morsi, Ibrahim Shayad, Ketua Bidang Pemberitaan, menerima pernyataan sikap Dewan Militer untuk disiarkan. Rekaman itu diterima lansung dari seorang utusan Dewan Militer, tanpa diketahui terlebih dahulu oleh Menteri Komunikasi dan Informasi, Shalah Abdul Maqshud.

5-      Saya atau Keributan
Dalam pidatonya yang terakhir, Mubarak memperingatkan rakyat Mesir dengan pernyataannya: “Saya atau keributan”. Morsi sendiri, sebagaimana diberitakan oleh Guardian, menolak tuntutan oposisi untuk menyegerakan pemilihan presiden baru. Dia menyatakan: “Jika demikian, maka legitimasi presiden selanjutnya akan dijatuhkan, dan akan terus menimbulkan keributan tanpa akhir.”

6-      Rakyat Ingin Lengserkan Rezim
Di era Mubarak, setelah Dewan Militer menyatakan sikap, yel-yel demonstran semakin nyaring untuk memintannya lengser. Yel-yel tersebut berbunyi “Rakyat Ingin Lengserkan Rezim.” Di era Morsi, setelah Dewan Militer mengeluarkan pernyataan sikap, yel-yel para demonstran juga berbunyi “Rakyat Ingin Lengserkan Rezim”.

7-      Pendukung Rezim Berdemo
Di saat jutaan demonstran memenuhi titik-titik demo untuk menuntut Mubarak segera mengundurkan diri, terdapat demo tandingan yang tetap mendukungnya di daerah Musthafa Mahmud. Di era Morsi, para pendukung Morsi juga melakukan demo di daerah Rabeah  el-Adaweyah.

8-      Maaf Wahai Presiden
Para pengikut Mubarak membuat Fans Page di Facebook dengan nama “Ana Asif Ya Rais” (Saya Mohon Maaf Wahai Presiden). Halaman ini dibuat untuk mempublikasikan prestasi-prestasi Mubarak selama memimpin Mesir, yang pada akhirnya ini menjadi halaman terbesar para pendukung Mubarak. Di era Morsi, tepatnya dua bulan sebelum demonstrasi besar-besaran, para pengikut Morsi membuat Fans Page di facebook dengan nama “Asif Ya Rais” (Maaf Wahai Presiden), yang dibuat untuk tujuan yang sama.

9-      Memenuhi Suara Kaum Pemuda
Dalam pidatonya yang ketiga, Mubarak menegaskan bahwa dirinya akan memenuhi tuntutan kaum muda. Dia mengakui telah banyak melakukan kesalahan. Setiap pemerintah negara mana pun pasti pernah melakukan kesalahan. Akan tetapi yang terpenting adalah pengakuan akan kesalahan tersebut dan mau memperbaikinya dengan sesegera mungkin. Morsi menggunakan uslub pidato yang sama, yaitu akan memenuhi tuntutan kaum muda. Dia juga membicarakan mengenai setahun kepemimpinannya dan mengakui akan kesalahan-kesalahannya, dan akan memperbaikinya.

10-  Obama Meminta Rezim Memenuhi Tuntutan Rakyat
Gelombang demontrasi yang cukup besar di Mesir membuat Presiden Amerika Barack Obama meminta otoritas Mesir agar mencegah terjadinya tindak anarkis dan segera memenuhi tuntutan rakyat. Dia menegaskan bahwa rakyat Mesir berhak untuk berdemo dan mengungkapkan pendapat mereka. Dia juga meminta pemerintah Mesir agar membuka kembali saluran internet yang sebelumnya sempat diputus. Di era Morsi, Obama menghubungi Morsi untuk memberitahu akan kekhawatirannya terkait kondisi Mesir. Dia meminta Morsi untuk memenuhi tuntutan rakyat.

Redaktur: Muhammad Aidil
Editor: Fathul Aziz
Sumber: Mosleminfo

SHARE THIS

Author:

Situs Berita Islam Balipapan merupakan situs yang memberitakan tentang dunia Islam dan umat Islam, berbagi informasi dan menyemarakkan dakwah / syiar Islamiyah.

0 komentar: