Kamis, 06 Juni 2013

Wawancara Eksklusif Dengan DR. Ahmad Umar Hasyim: Al-Quran Akui Pluralitas Agama

WAWANCARA - Kondisi Mesir pasca revolusi semakin tidak menentu. Semua pihak seakan telah menemukan momentumnya masing-masing untuk bersuara. Kian marak bermunculan fatwa-fatwa ‘nyleneh’ yang cenderung memecah belah umat dan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru di tengah masyarakat. Mingguan Shoutul Azhar mengadakan wawancara eksklusif bersama Prof. DR. ِAhmad Umar Hasyim Guru Besar Ilmu Hadits Universitas Al-Azhar Kairo Mesir. Berikut wawancaranya yang berhasil dialihbahasakan oleh Tim Redaksi Mosleminfo.

A: Menurut Anda, apa solusi dari perpecahan yang terjadi di tengah masyarakat saat ini?
B: Solusinya adalah dengan mewujudkan keadilan dan kesetaraan hak pada seluruh lapisan masyarakat. Jika hal itu terwujud, maka kita tidak akan melihat perseteruan, perpecahan dan klaim sebagai kelompok yang lebih baik dari yang lain, seperti yang terjadi saat ini. Allah Ta’ala telah memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat adil dalam firman-Nya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan.” (al-An’am: 82).

Keamanan tidak akan pernah terealisasi kecuali dengan tegaknya keadilan, yaitu ketika tidak ada lagi kelompok yang menzalimi kelompok lain, atau upaya suatu pihak untuk menyingkirkan pihak yang lain. Potret dinamika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabat adalah teladan terbaik bagi kita. Negara Islam pertama berdiri tegak dengan terwujudnya sikap saling mencintai dan terjalinnya hubungan dengan semua kelompok masyarakat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Tidaklah sempurna iman seseorang hingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.” Seandainya kaum Muslimin mengetahui makna hadis ini dan menerapkannya secara riil, maka kehidupan mereka akan aman sentosa. Dan seandainya para pejabat pemerintah benar-benar menerapkan hadis ini, pasti keamanan dan kebaikan akan meliputi seluruh Mesir. Oleh karena itu, para pejabat sebaiknya sadar bahwa Mesir ini adalah amanah di pundak mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Ta’ala kelak pada hari kiamat. Pertumpahan darah dan tindak pembunuhan yang telah terjadi akan menjadi tanggung jawab pihak-pihak yang ingin menghancurkan Mesir. Karenanya, semua pihak hendaknya takut kepada Allah Ta’ala.

A: Mesir saat ini sedang dilanda konflik antar kekuatan-kekuatan politik yang semuanya mengklaim sebagai pihak yang benar, bagaimana Islam menyikapi hal ini ?
B: Inilah kesalahan yang sebenarnya. Karena orang yang memvonis pihak lain sebagai pihak yang tidak benar, maka dengan klaimnya yang zalim itu dia telah berbuat dosa karena perkataan dan kebohongan terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Seharusnya dia tidak melakukan hal itu, karena seharusnya semua harus memiliki visi yang sama.

A: Dari waktu ke waktu kita mendengar tuntutan untuk membersihkan peradilan dan penerapan hukum berdasarkan syariat Islam. Bagaimana pandangan Anda terhadap tuntutan tersebut?
B: Tidak seorangpun menyangkal bahwa syariat Allah adalah keadilan itu sendiri. Allah berfirman, “Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (An-Nisa: 58)

Inilah syariat Allah. Di saat kita menegakkan keadilan, melaksanakan apa yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Sunnah, maka pada saat itulah kita dapat menerapkan hudud. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Saya telah meninggalkan pada kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh kepadanya niscaya kalian tidak akan tersesat untuk selamanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnahku”.

Maka, di saat masyarakat telah berpegang-teguh kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, dan tidak ada lagi orang yang kelaparan dan pengangguran di masyarakat, maka pada saat itu syariat Islam dapat ditegakkan. Karena di dalam penegakan syariat Islam terdapat jaminan keamanan bagi rakyat, tapi dengan syarat syariat harus ditegakkan untuk seluruh lapisan masyarakat tanpa pandang bulu, baik sebagai pemerintah, rakyat maupun oposisi. Jadi tidak hanya ditegakkan untuk kelompok tertentu.

A: Bagaimana Anda memandang tuduhan-tuduhan dan fatwa-fatwa yang menyatakan pihak lain telah berkhianat, yang tersebar di sebagian kalangan saat ini?
B: Saya melihat orang-orang saat ini belum memahami agama dan belum menerapkannya dalam kehidupan mereka. Jika seandainya mereka –baik pemimpin, individu maupun kelompok— menunaikan ajaran-ajaran Islam, tentu mereka akan bahagia. Dan tentu tidak akan ada peperangan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak berdosa. Jadi mereka belum melaksanakan syariat Islam di dalam diri mereka sendiri.

Seandainya orang-orang berpegang teguh pada hukum-hukum Allah Ta’ala, tentu tidak akan terjadi konflik seperti yang kita lihat saat ini. Penghalalan darah pihak lain merupakan masalah besar. Siapapun yang memfatwakan penghalalan darah pihak lain adalah orang bodoh yang tidak faham Al Qur’an, Sunnah dan hukum-hukum Islam. Karena orang yang faham Al-Qur’an, Sunnah dan hukum-hukum Islam tentu tidak akan mengeluarkan fatwa yang membolehkan penumpahan darah dan penghalalan jiwa. Agar seseorang boleh berfatwa, dia harus hafal Al-Qur’an secara keseluruhan, faham hadits, mutlaq, muqoyyad, ‘Aam dan Khas dan faham bahasa Arab. Ini seluruhnya merupakan piranti yang disyaratkan oleh para ulama untuk dipenuhi oleh siapa saja yang ingin berfatwa. Namun orang-orang saat ini yang mengeluarkan fatwa yang menghalalkan pembunuhan adalah membunuh dengan memanfaatkan agama.

A: Hidup berdampingan secara damai antar umat beragama dan pengakuan kewarganegaraan pemeluk agama lain merupakan perkara yang dianjurkan oleh Islam. Mohon penjelasan terhadap masalah ini.
B: Pengakuan kewarganegaraan pemeluk agama lain merupakan salah satu ajaran Islam yang dibawa oleh Al-Qur’an. Allah berfirman, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Al-Mumtahanah: 8). Islam memerintahkan kita untuk beriman kepada seluruh rasul, tanpa membeda-bedakan satu sama lainnya. Di dalam Al-Qur’an Allah juga berfirman, “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (Al-Kafirun: 6).

Dengan prinsip ini, Islam telah menciptakan suatu kehidupan yang di dalamnya orang-orang dapat hidup dengan aman dan tenang. Islam juga mengajarkan bahwa cara penyampaian ide dan dialog dengan pihak lain harus dilakukan dengan cara yang terbaik. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah, “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri.” (Al-Ankabut: 46).

Islam mengakui bahwa pluralitas agama adalah kehendak Allah. Oleh karena itu, Anda jangan sekali-kali berusaha memusnahkan rambu-rambu kebenaran ini, atau mengklaim bahwa hanya Anda yang berhak hidup sedangkan orang lain tidak. Ini tidak benar sama sekali. Karena, mereka (orang-orang Koptik) memiliki perjanjian dan jaminan keamanan bersama kaum Muslimin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga berlepas diri dari orang yang membunuh orang Koptik.

Atas dasar ini, Islam telah menetapkan prinsip-prinsip kependudukan yang sebenarnya. Dan manusia dapat hidup di bawah naungan bendera Islam dengan aman. Prinsip kependudukan ini dan cara interaksi dengan orang-orang non-Muslim dengan cara seperti ini telah menarik mereka untuk memeluk agama Allah dengan berbondong-bondong.

A: Hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “Orang-orang Yahudi terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan, satu di surga dan tujuh puluh di neraka. Orang-orang Nasrani terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan, tujuh puluh satu di neraka dan satu di surga. Demi Zat Yang jiwaku di dalam kekuasaan-Nya, sungguh umatku akan tepecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, satu masuk surga dan dua puluh tujuh masuk ke surga.” Hadis ini menimbulkan perdebatan cukup ramai di kalangan Islamiyin, mohon jelaskan.
B: Pertama: hadis ini dipermasalahkan oleh para ulama. Dan bagaimanapun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabat tidak suka kekerasan dan menghunuskan pedang. Mereka juga tidak bersikap sombong. Namun mereka menerapkan manhaj Rabbani, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” (An-Nahl: 125).

Adapun mencela, melecehkan, menganggap pihak lain pengkhianat, membalas dendam, marjinalisasi dan aksi protes, sangatlah jauh dari syariat Allah. Penggunaan senjata api juga merupakan salah satu kesalahan terbesar yang pelakunya akan dihisab pada hari kiamat, karena tidak halal bagi seseorang untuk membunuh orang lain. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “Tidak halal darah seorang Muslim kecuali karena salah satu dari tiga perkara: Janda yang berzina, orang yang membunuh, dan orang keluar dari Islam meninggalkan jamaah.” Dan Al-Quran al-Karim juga menyatakan, “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (An-Nisa’: 93). Di dalam ayat ini terdapat lima hukuman yang menanti seseorang yang membunuh sorang Muslim dengan sengaja.

Dan terdapat teladan yang baik bagi kita pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang menghormati hak asasi manusia tanpa memandang latar belakang agama. Di dalam Piagam Madinah, piagam pertama yang menetapkan hak asasi manusia dan menjamin kebebasan berakidah, kependudukan dan hak membela negara bagi para penduduknya dengan latar belakang agama yang berbeda-beda. Adapun jalinan antar orang-orang Anshar dan Muhajirin maka itu adalah jalinan persaudaraan, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mempersaudarakan mereka. Jadi inilah Islam yang memuliakan kemuliaan manusia, hingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berdiri ketika ada jenazah yang lewat padahal beliau tahu itu adalah jenazah seorang Yahudi. Inilah keagungan Islam. Dan orang-orang yang keluar dari prinsip-prinsip ini ingin menjerumuskan negara ke dalam kekacauan.

A: Pesan terakhir yang ingin Anda sampaikan kepada umat?
B: Saya sampaikan kepada bangsa Mesir, baik oposisi maupun yang bukan, serta kepada para pejabat pemerintahan sebelumnya, kita harus kembali kepada Islam yang sesungguhnya dan menerapkan keadilan. Kalian harus meninggalkan sikap mencari-cari kelengahan pihak lain, kedengkian, suka memprofokasi, egoisme dan keinginan menguasai segala sesuatu.

Umat ini harus menyatukan barisan dan menghindari sikap saling membenci serta menunaikan pesan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “Hendaklah kalian menjadi para hamba Allah yang bersaudara.” Dan seluruh elemen bangsa ini hendaknya meyakini bahwa Mesir sangat mulia bagi kaum Muslimin dan ia memiliki kehormatan. Karena, Mesir mempunyai misi yang besar dan memiliki posisi yang mulia di seluruh dunia.

Sumber: Mosleminfo

SHARE THIS

Author:

Situs Berita Islam Balipapan merupakan situs yang memberitakan tentang dunia Islam dan umat Islam, berbagi informasi dan menyemarakkan dakwah / syiar Islamiyah.

0 komentar: