WAWANCARA - Kondisi Mesir pasca revolusi semakin tidak menentu. Semua pihak
seakan telah menemukan momentumnya masing-masing untuk bersuara. Kian
marak bermunculan fatwa-fatwa ‘nyleneh’ yang cenderung memecah belah
umat dan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru di tengah
masyarakat. Mingguan Shoutul Azhar mengadakan wawancara eksklusif
bersama Prof. DR. ِAhmad Umar Hasyim Guru Besar Ilmu Hadits Universitas
Al-Azhar Kairo Mesir. Berikut wawancaranya yang berhasil dialihbahasakan
oleh Tim Redaksi Mosleminfo.
A: Menurut Anda, apa solusi dari perpecahan yang terjadi di tengah masyarakat saat ini?
B:
Solusinya adalah dengan mewujudkan keadilan dan kesetaraan hak pada
seluruh lapisan masyarakat. Jika hal itu terwujud, maka kita tidak akan
melihat perseteruan, perpecahan dan klaim sebagai kelompok yang lebih
baik dari yang lain, seperti yang terjadi saat ini. Allah Ta’ala telah
memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat adil dalam
firman-Nya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan
iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat
keamanan.” (al-An’am: 82).
Keamanan tidak
akan pernah terealisasi kecuali dengan tegaknya keadilan, yaitu ketika
tidak ada lagi kelompok yang menzalimi kelompok lain, atau upaya suatu
pihak untuk menyingkirkan pihak yang lain. Potret dinamika Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabat adalah teladan terbaik
bagi kita. Negara Islam pertama berdiri tegak dengan terwujudnya sikap
saling mencintai dan terjalinnya hubungan dengan semua kelompok
masyarakat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Tidaklah
sempurna iman seseorang hingga dia mencintai saudaranya seperti dia
mencintai dirinya sendiri.” Seandainya kaum Muslimin mengetahui makna
hadis ini dan menerapkannya secara riil, maka kehidupan mereka akan aman
sentosa. Dan seandainya para pejabat pemerintah benar-benar menerapkan
hadis ini, pasti keamanan dan kebaikan akan meliputi seluruh Mesir. Oleh
karena itu, para pejabat sebaiknya sadar bahwa Mesir ini adalah amanah
di pundak mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan
Allah Ta’ala kelak pada hari kiamat. Pertumpahan darah dan tindak
pembunuhan yang telah terjadi akan menjadi tanggung jawab pihak-pihak
yang ingin menghancurkan Mesir. Karenanya, semua pihak hendaknya takut
kepada Allah Ta’ala.
A: Mesir saat ini sedang dilanda
konflik antar kekuatan-kekuatan politik yang semuanya mengklaim sebagai
pihak yang benar, bagaimana Islam menyikapi hal ini ?
B:
Inilah kesalahan yang sebenarnya. Karena orang yang memvonis pihak lain
sebagai pihak yang tidak benar, maka dengan klaimnya yang zalim itu dia
telah berbuat dosa karena perkataan dan kebohongan terhadap dirinya
sendiri dan orang lain. Seharusnya dia tidak melakukan hal itu, karena
seharusnya semua harus memiliki visi yang sama.
A: Dari
waktu ke waktu kita mendengar tuntutan untuk membersihkan peradilan dan
penerapan hukum berdasarkan syariat Islam. Bagaimana pandangan Anda
terhadap tuntutan tersebut?
B: Tidak seorangpun menyangkal bahwa syariat Allah adalah keadilan itu sendiri. Allah berfirman, “Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (An-Nisa: 58)
Inilah syariat Allah. Di saat kita menegakkan keadilan, melaksanakan apa yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Sunnah, maka pada saat itulah kita dapat menerapkan hudud. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Saya telah meninggalkan pada kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh kepadanya niscaya kalian tidak akan tersesat untuk selamanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnahku”.
Maka, di saat
masyarakat telah berpegang-teguh kepada Kitab Allah dan Sunnah
Rasul-Nya, dan tidak ada lagi orang yang kelaparan dan pengangguran di
masyarakat, maka pada saat itu syariat Islam dapat ditegakkan. Karena di
dalam penegakan syariat Islam terdapat jaminan keamanan bagi rakyat,
tapi dengan syarat syariat harus ditegakkan untuk seluruh lapisan
masyarakat tanpa pandang bulu, baik sebagai pemerintah, rakyat maupun
oposisi. Jadi tidak hanya ditegakkan untuk kelompok tertentu.
A:
Bagaimana Anda memandang tuduhan-tuduhan dan fatwa-fatwa yang
menyatakan pihak lain telah berkhianat, yang tersebar di sebagian
kalangan saat ini?
B: Saya melihat orang-orang saat ini
belum memahami agama dan belum menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Jika seandainya mereka –baik pemimpin, individu maupun kelompok—
menunaikan ajaran-ajaran Islam, tentu mereka akan bahagia. Dan tentu
tidak akan ada peperangan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak
berdosa. Jadi mereka belum melaksanakan syariat Islam di dalam diri
mereka sendiri.
Seandainya orang-orang berpegang teguh pada
hukum-hukum Allah Ta’ala, tentu tidak akan terjadi konflik seperti yang
kita lihat saat ini. Penghalalan darah pihak lain merupakan masalah
besar. Siapapun yang memfatwakan penghalalan darah pihak lain adalah
orang bodoh yang tidak faham Al Qur’an, Sunnah dan hukum-hukum Islam.
Karena orang yang faham Al-Qur’an, Sunnah dan hukum-hukum Islam tentu
tidak akan mengeluarkan fatwa yang membolehkan penumpahan darah dan
penghalalan jiwa. Agar seseorang boleh berfatwa, dia harus hafal
Al-Qur’an secara keseluruhan, faham hadits, mutlaq, muqoyyad, ‘Aam dan
Khas dan faham bahasa Arab. Ini seluruhnya merupakan piranti yang
disyaratkan oleh para ulama untuk dipenuhi oleh siapa saja yang ingin
berfatwa. Namun orang-orang saat ini yang mengeluarkan fatwa yang
menghalalkan pembunuhan adalah membunuh dengan memanfaatkan agama.
A:
Hidup berdampingan secara damai antar umat beragama dan pengakuan
kewarganegaraan pemeluk agama lain merupakan perkara yang dianjurkan
oleh Islam. Mohon penjelasan terhadap masalah ini.
B: Pengakuan kewarganegaraan pemeluk agama lain merupakan salah satu ajaran Islam yang dibawa oleh Al-Qur’an. Allah berfirman, “Allah
tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil.” (Al-Mumtahanah: 8). Islam
memerintahkan kita untuk beriman kepada seluruh rasul, tanpa
membeda-bedakan satu sama lainnya. Di dalam Al-Qur’an Allah juga
berfirman, “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (Al-Kafirun: 6).
Dengan
prinsip ini, Islam telah menciptakan suatu kehidupan yang di dalamnya
orang-orang dapat hidup dengan aman dan tenang. Islam juga mengajarkan
bahwa cara penyampaian ide dan dialog dengan pihak lain harus dilakukan
dengan cara yang terbaik. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu berdebat
dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali
dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah, “Kami
telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya
kepada-Nya berserah diri.” (Al-Ankabut: 46).
Islam
mengakui bahwa pluralitas agama adalah kehendak Allah. Oleh karena itu,
Anda jangan sekali-kali berusaha memusnahkan rambu-rambu kebenaran ini,
atau mengklaim bahwa hanya Anda yang berhak hidup sedangkan orang lain
tidak. Ini tidak benar sama sekali. Karena, mereka (orang-orang Koptik)
memiliki perjanjian dan jaminan keamanan bersama kaum Muslimin.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga berlepas diri dari orang
yang membunuh orang Koptik.
Atas dasar ini, Islam telah menetapkan
prinsip-prinsip kependudukan yang sebenarnya. Dan manusia dapat hidup
di bawah naungan bendera Islam dengan aman. Prinsip kependudukan ini dan
cara interaksi dengan orang-orang non-Muslim dengan cara seperti ini
telah menarik mereka untuk memeluk agama Allah dengan
berbondong-bondong.
A: Hadis Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam, “Orang-orang Yahudi terpecah menjadi tujuh puluh satu
golongan, satu di surga dan tujuh puluh di neraka. Orang-orang Nasrani
terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan, tujuh puluh satu di neraka
dan satu di surga. Demi Zat Yang jiwaku di dalam kekuasaan-Nya, sungguh
umatku akan tepecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, satu masuk surga
dan dua puluh tujuh masuk ke surga.” Hadis ini menimbulkan perdebatan
cukup ramai di kalangan Islamiyin, mohon jelaskan.
B:
Pertama: hadis ini dipermasalahkan oleh para ulama. Dan bagaimanapun
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabat tidak suka
kekerasan dan menghunuskan pedang. Mereka juga tidak bersikap sombong.
Namun mereka menerapkan manhaj Rabbani, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” (An-Nahl: 125).
Adapun
mencela, melecehkan, menganggap pihak lain pengkhianat, membalas
dendam, marjinalisasi dan aksi protes, sangatlah jauh dari syariat
Allah. Penggunaan senjata api juga merupakan salah satu kesalahan
terbesar yang pelakunya akan dihisab pada hari kiamat, karena tidak
halal bagi seseorang untuk membunuh orang lain. Hal ini sebagaimana
dijelaskan dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “Tidak halal
darah seorang Muslim kecuali karena salah satu dari tiga perkara: Janda
yang berzina, orang yang membunuh, dan orang keluar dari Islam
meninggalkan jamaah.” Dan Al-Quran al-Karim juga menyatakan,
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka
balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka
kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (An-Nisa’: 93). Di dalam ayat ini terdapat lima hukuman yang menanti seseorang yang membunuh sorang Muslim dengan sengaja.
Dan
terdapat teladan yang baik bagi kita pada diri Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam yang menghormati hak asasi manusia tanpa memandang
latar belakang agama. Di dalam Piagam Madinah, piagam pertama yang
menetapkan hak asasi manusia dan menjamin kebebasan berakidah,
kependudukan dan hak membela negara bagi para penduduknya dengan latar
belakang agama yang berbeda-beda. Adapun jalinan antar orang-orang
Anshar dan Muhajirin maka itu adalah jalinan persaudaraan, karena
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mempersaudarakan mereka.
Jadi inilah Islam yang memuliakan kemuliaan manusia, hingga Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berdiri ketika ada jenazah yang lewat
padahal beliau tahu itu adalah jenazah seorang Yahudi. Inilah keagungan
Islam. Dan orang-orang yang keluar dari prinsip-prinsip ini ingin
menjerumuskan negara ke dalam kekacauan.
A: Pesan terakhir yang ingin Anda sampaikan kepada umat?
B:
Saya sampaikan kepada bangsa Mesir, baik oposisi maupun yang bukan,
serta kepada para pejabat pemerintahan sebelumnya, kita harus kembali
kepada Islam yang sesungguhnya dan menerapkan keadilan. Kalian harus
meninggalkan sikap mencari-cari kelengahan pihak lain, kedengkian, suka
memprofokasi, egoisme dan keinginan menguasai segala sesuatu.
Umat
ini harus menyatukan barisan dan menghindari sikap saling membenci
serta menunaikan pesan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
“Hendaklah kalian menjadi para hamba Allah yang bersaudara.” Dan seluruh
elemen bangsa ini hendaknya meyakini bahwa Mesir sangat mulia bagi kaum
Muslimin dan ia memiliki kehormatan. Karena, Mesir mempunyai misi yang
besar dan memiliki posisi yang mulia di seluruh dunia.
Sumber: Mosleminfo
0 komentar: