Kamis, 06 Juni 2013

Wawancara Dina Sulaeman dengan Jurnalis Syria

Dina Y. Sulaeman : Alumnus Magister Hubungan Internasional Unpad, research associate di Global Future Institute. Wawancara ini dimuat di  The Global Review.

Atas jasa seorang teman, saya terhubung dengan seorang jurnalis senior Syria. Atas seizin sang jurnalis, perbincangan saya dengannya saya tuliskan di sini. Namun untuk menjaga keamanannya, identitasnya tidak bisa diungkap. Foto yang saya saya taruh di sini pun saya samarkan pada bagian wajahnya. Kita sebut saja namanya Mr. As-Souri. Sebenarnya, pertanyaan yang saya ajukan kepadanya hanyalah sekedar konfirmasi atas apa yang sudah saya ketahui selama ini. Namun perbincangan ini memiliki nilai penting karena –dalam penelitian ilmiah dengan metode kualitatif—perbincangan saya dengannya bisa disebut sebagai ‘data primer’.

Dina [D] : Di kota mana Anda tinggal?
As-Souri [S]: di kota *****

D: Ah ya.. saya dengar kota itu. Itu daerah asal seorang ulama yang gencar menggerakkan aksi pemberontakan melawan pemerintah. Namanya ******* Apa pendapat Anda tentang dia?
S: Anda mau jawaban yang sebenarnya?

D: Tentu saja.
S: Dia pria yang buruk, pernah ada skandal seks. Lalu dia pergi ke luar negeri dan sekarang tinggal di luar negeri.

D: Tapi saya lihat di internet, ada demo-demo warga yang mengelu-elukan namanya?
S: Ya, memang dia punya pendukung tapi tak banyak, mungkin 5-10%

D: Jadi, apa yang terjadi sebenarnya di Syria?
S: Baik, saya akan jelaskan dengan adil dan terus-terang. Usia saya sudah ** tahun. Sepanjang hidup saya, saya bahkan tidak tahu apa agama tetangga-tetangga saya. Saya tidak peduli apa mazhab orang yang duduk di sebelah saya. Begitulah kehidupan kami. Yang penting bagi kami adalah hati dan perilakunya. Syria adalah untuk semua orang, Kristen, Sunni, Syiah, Druze, Alawi, Yahudi…

D: Tapi ada kelompok pemberontak, Jabhah al-Nusrah yang mendeklarasikan khilafah.
S: Mereka bukan orang Syria. Pasukan mereka datang dari 40 negara asing. Mereka datang untuk membunuh rakyat Syria.

D: Kalau Assad tidak bermasalah, tentu tak ada penentangan rakyat?
S: Bashar Assad adalah presiden yang sangat cerdas. Segera setelah ada demonstrasi, dia mengundang mereka untuk duduk bersama, mendiskusikan apa keinginan mereka. Assad bahkan menyetujui dilakukannya perubahan UU sesuai permintaan para demonstran. Lalu, dilakukan referendum untuk meminta persetujuan rakyat atas UU baru itu. Dan kini kami sudah memiliki UU yang baru.Tapi mereka tidak berhenti. Inilah buktinya, mereka ingin Syria hancur, bukan ingin demokrasi atau kebebasan.

Buktinya, mereka membunuh dokter, insinyur, pilot-pilot yang sedang dalam perjalanan menuju bandara. Untuk apa? Apa ini diajarkan Islam? Mereka menculik orang-orang lalu meminta tebusan. Apa ini Islam?

Anda tahu, setiap pagi istri saya menangis sehabis sholat Subuh. Dia menangis sambil berdoa untuk Syria. Bagi kami Bashar tidak penting. Yang penting adalah Syria. Mereka sedang menghancurkan Syria. Syria benar-benar sendirian. Padahal selama ini Syria sangat mendukung nasionalisme Arab. Syria setia pada negara-negara Arab. Semua penduduk negara Arab bebas masuk ke Syria tanpa visa.

D: Sebagian berita menyebutkan adanya shabiha [milisi pro Assad] yang membantai rakyat sipil?
S: [menggeleng-geleng] tidak.. tidak.. mereka [pemberontak] yang membunuh rakyat sipil lalu melemparkan tuduhan bahwa tentara Assad yang melakukannya.
D: Sebagian orang menyebut pemberontakan di Syria adalah jihad. Bagaimana pendapat Anda?

S: Saya sudah bilang. Selama ** tahun usia saya, saya bahkan tak tahu apa agama tetangga saya. Kami hidup damai selama ini, apapun agamanya. Lalu tiba-tiba mereka datang dari luar negeri dan membunuh kami. Apa ini jihad? Rasulullah berkata [ia mengutip hadis] membunuh satu mukmin itu jauh lebih buruk daripada menghancurkan Ka’bah. Membunuh satu orang sama seperti membunuh satu umat. Mereka mengebom sekolah, universitas, apa ini jihad?

Anda tahu bagaimana dulu Rasulullah hidup? Nabi punya tetangga Yahudi yang tiap pagi menaruh kotoran di depan pintu rumahnya. Tapi Nabi diam saja, tak melakukan apapun terhadap Yahudi itu. Suatu pagi, Nabi mendapati, tak ada kotoran lagi di depan pintunya. Nabi segera mendatangi Yahudi itu dan bertanya, “Apa kau baik-baik saja?”. Lalu si Yahudi menjawab, “Ya, aku baik-baik saja, mengapa engkau menanyakan kabarku?” Nabi menjawab, “Biasanya kau menaruh kotoran di depan pintu rumahku, tapi pagi ini tidak. Aku khawatir engkau sakit.” Saat itu juga si Yahudi yang terkesan oleh kemuliaan akhlak Rasulullah, mengucapkan syahadat.

Ada ulama yang sangat terkenal di Syria, Syekh Al Buthy. Seumur hidupnya, dia tak pernah pegang senjata. Dia menulis 21 kitab yang sangat bagus tentang Islam. Tapi mereka membunuhnya. Apa ini jihad?

Tujuan mereka adalah menghancurkan Syria, demi Israel. Kami bukan negara kaya, tapi juga tidak miskin. Tidak seperti negara-negara Arab lain yang banyak utang kepada Barat, kami tidak punya utang. Syria sedang merintis pembangunan pipa gas dari Irak dan Iran untuk dialirkan lewat Syria ke Mediterrania. Kalau ini terwujud, Syria akan sangat kaya dan bertambah kuat. Israel sangat takut ini terjadi.

D: Lalu, mengapa ada muslim yang mau datang ke Syria untuk berperang?
S: Sebagian dari mereka kurang pendidikan sehingga tidak menyadari apa yang mereka lakukan. Sebagian dari mereka miskin dan mau berperang karena ada imbalan uang dari Qatar dan Arab Saudi. Mereka juga diberi obat. Pernah seorang pemberontak ditangkap dalam keadaan berjoget-joget. Dia dikunci dalam sel. Keesokan paginya, dia ditemukan sedang meratap, “Mengapa aku di sini? Apa yang aku lakukan di sini?” Tentara Syria menemukan penyelundupan pil-pil halusinasi. Pil-pil itu banyak sekali masuk ke Syria dan dikonsumsi para pemberontak.

D: Ada sebagian aktivis muslim Indonesia yang menyerukan agar umat muslim Indonesia berjihad ke Syria. Apa pendapat Anda?
S: [menggeleng-gelengkan kepala, raut muka sedih] Saya sedih mendengarnya. Saya mencintai orang-orang Indonesia. Mengapa mereka ingin membunuh kami? Mereka bilang jihad di Syria akan membuat mereka masuk surga. Padahal ada banyak cara untuk masuk surga. Mengapa kami yang dibunuh? Mengapa tidak berjihad ke Palestina?

Pernah suatu kali ada pemberontak yang luka parah ditolong oleh dokter. Setelah sembuh, dia marah-marah kepada dokter itu. Katanya, “Mengapa kauselamatkan aku?! Kalau aku mati, sekarang aku pasti sedang makan malam bersama Rasulullah!”

[kami lalu berbicara tentang berbagai hal terkait kultur Syria, antara lain kebiasaan saling berbagi makanan di bulan Ramadhan. Mr Souri tiap hari bersama istrinya memasak makanan lalu dibagikan ke tetangga-apapun agama dan mazhabnya-dan sebaliknya, juga menerima pembagian makanan dari tetangga. Meja makan selalu penuh dengan makanan pemberian banyak orang. Di masjid, disediakan buka bersama gratis. Mr. Souri juga cerita bahwa di Syria, Kristen pun banyak mazhabnya dan masing-masing bebas punya gereja sendiri.]

S: Dalam beberapa hari mendatang tentara Syria akan menang. Perang ini sudah hampir mendekati akhir. Kota Al Qusayr yang menjadi pusat pemberontakan dan tempat masuknya suplai pasukan dan senjata dari luar negeri ke Syria sudah dikuasai tentara. [Dia menggerak-gerakkan tangannya melukiskan peta menunjukkan dimana posisi Al Qusayr dan dari arah mana saja tentara Syria mengepung pemberontak yang bercokol di sana, sambil menjelaskan bagaimana strategi tentara Syria dalam menaklukkan pemberontak]

D: [berpamitan]
S: Datanglah ke Syria. Tulislah buku tentang keindahan Syria. Syria adalah negeri yang indah. Kami adalah orang-orang yang riang. Setiap akhir pekan kami biasa membawa makanan lalu pergi ke alam terbuka dan menggelar tikar. Kami duduk-duduk berbincang-bincang, anak-anak berlarian dengan riang ke sana kemari.
D: dan sekarang…?

S: [menggeleng-gelengkan kepalanya dengan raut muka sedih]
***

Sumber: Mosleminfo

SHARE THIS

Author:

Situs Berita Islam Balipapan merupakan situs yang memberitakan tentang dunia Islam dan umat Islam, berbagi informasi dan menyemarakkan dakwah / syiar Islamiyah.

0 komentar: