INDONESIA - Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengecam aksi bom bunuh diri
di Markas Polres Poso, Sulawesi Tengah, Senin 3 Juni 2013.
"Yang pertama saya tegaskan PP Muhammadiyah mengecam secara tegas segela bentuk kekerasan, apalagi menggunakan bom, bom bunuh diri yang mengakibatkan hilangnya nyawa," kata Din Syamsuddin di sela-sela acara pembukaan sekolah Perdamaian kerjasama UMY dengan Mahatir Global Peace School di Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Menurut Din, masih adanya tindak kekerasan di Poso karena proses penyelesaian konflik tidak tuntas dan tidak komprehensif oleh pemerintah. "Ketika dahulu ada pertikaian di Poso, kebetulan saya ikut menyelesaikan kasus tersebut di bawah kepimpinan Jusuf Kalla, dapat teratasi semua. Namun akhir-akhir ini konflik kembali terjadi dan tidak diselesaikan secara komprehensif dan tuntas," kata Din.
Din menyatakan dengan masih ada sisa-sisa permasalahan yang belum selesai atau residu dari konflik Poso dan tindakan polisi yang menganggap mereka musuh. "Saya berharap tidak ada perlawanan akibat adanya residu yang tidak diselesaikan secara tuntas," tuturnya.
Lebih lanjut, Din menyatakan bom bunuh diri di Polres Poso ini sangat mungkin terkait dengan terorisme. Din menilai Polri selama ini tidak transparan dalam pengungkapan jaringan terorisme dengan cara menembak mati terduga teroris.
"Ketidaktransparan polisi ini sangat mungkin menjadi faktor perlawanan terhadap polisi," katanya. (aba)
"Yang pertama saya tegaskan PP Muhammadiyah mengecam secara tegas segela bentuk kekerasan, apalagi menggunakan bom, bom bunuh diri yang mengakibatkan hilangnya nyawa," kata Din Syamsuddin di sela-sela acara pembukaan sekolah Perdamaian kerjasama UMY dengan Mahatir Global Peace School di Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Menurut Din, masih adanya tindak kekerasan di Poso karena proses penyelesaian konflik tidak tuntas dan tidak komprehensif oleh pemerintah. "Ketika dahulu ada pertikaian di Poso, kebetulan saya ikut menyelesaikan kasus tersebut di bawah kepimpinan Jusuf Kalla, dapat teratasi semua. Namun akhir-akhir ini konflik kembali terjadi dan tidak diselesaikan secara komprehensif dan tuntas," kata Din.
Din menyatakan dengan masih ada sisa-sisa permasalahan yang belum selesai atau residu dari konflik Poso dan tindakan polisi yang menganggap mereka musuh. "Saya berharap tidak ada perlawanan akibat adanya residu yang tidak diselesaikan secara tuntas," tuturnya.
Lebih lanjut, Din menyatakan bom bunuh diri di Polres Poso ini sangat mungkin terkait dengan terorisme. Din menilai Polri selama ini tidak transparan dalam pengungkapan jaringan terorisme dengan cara menembak mati terduga teroris.
"Ketidaktransparan polisi ini sangat mungkin menjadi faktor perlawanan terhadap polisi," katanya. (aba)
Sumber: viva.co.id
0 komentar: