Tradisi Lailatul Ijtima atau malam pertemuan warga NU sudah mengakar
dalam warga nahdliyin di Madura. Pertemuan bulanan ini hingga kini
digalakkan oleh para pengurus NU di Pamekasan. Dari 13 kecamatan yang
ada di Pamekasan, MWCNU Larangan cukup getol melaksanakannya.
KH Kholil Dahlan, Ketua MWCNU Larangan menegaskan, selain pemantapan paham Aswaja, Lailatul Ijtima juga dimaksudkan guna memperkuat ukhawah islamiyah atau tali persaudaraan yang bernafaskan Islam.
"Di Indonesia termasuk di Madura, gerakan yang dapat memperlemah ukhawah islamiyah cukup terasa massif. Warga NU harus menguatkan diri dengan memperkukuh paham Aswaja dan ukhuwah islamiyah," tutur KH Kholil Dahlan sembari menegaskan, kegiatan Lailatul Ijtima cukup memiliki peran besar di dalamnya.
Ditambahkan, Lailatul Ijtima yang sudah mengakar kuat salah satunya di kalangan NU Pamekasan, merupakan warisan para ulama yang mesti dilestarikan.
Model Lailatul Ijtima di Madura cukup beragam. Ada yang diformat sederhana dengan istighasah dan fokus pada taqarrub kepada Allah. Dan lebih dari itu, terdapat pula yang dikemas dengan diskusi keaswajaan dengan mengaitkannya pada isu kekinian.
"Dalam diskusi itulah nantinya kita semakin dimantapkan pada pembelajaran untuk menghargai perbedaan. Perbedaan pandangan dalam Islam, selagi bisa dipertanggungjawabkan, haruslah dipertahankan. Sebab, darinyalah Islam bisa lentur dan menebar kemaslahatan," tukasnya.
Menariknya, tambah KH Kholil Dahlan, Lailatul Ijtima juga diikuti oleh generasi muda NU. Di MWCNU Larangan, tak sedikit para pemuda yang bergabung dalam kegiatan Lailatul Ijtima.
"Kalau selama ini para pemuda menjauh dari beberapa kegiatan NU, Lailatul Ijtima bisa menjembatani untuk mengakrabkan generasi muda NU dengan yang sudah tua," pungkasnya.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Hairul Anam
KH Kholil Dahlan, Ketua MWCNU Larangan menegaskan, selain pemantapan paham Aswaja, Lailatul Ijtima juga dimaksudkan guna memperkuat ukhawah islamiyah atau tali persaudaraan yang bernafaskan Islam.
"Di Indonesia termasuk di Madura, gerakan yang dapat memperlemah ukhawah islamiyah cukup terasa massif. Warga NU harus menguatkan diri dengan memperkukuh paham Aswaja dan ukhuwah islamiyah," tutur KH Kholil Dahlan sembari menegaskan, kegiatan Lailatul Ijtima cukup memiliki peran besar di dalamnya.
Ditambahkan, Lailatul Ijtima yang sudah mengakar kuat salah satunya di kalangan NU Pamekasan, merupakan warisan para ulama yang mesti dilestarikan.
Model Lailatul Ijtima di Madura cukup beragam. Ada yang diformat sederhana dengan istighasah dan fokus pada taqarrub kepada Allah. Dan lebih dari itu, terdapat pula yang dikemas dengan diskusi keaswajaan dengan mengaitkannya pada isu kekinian.
"Dalam diskusi itulah nantinya kita semakin dimantapkan pada pembelajaran untuk menghargai perbedaan. Perbedaan pandangan dalam Islam, selagi bisa dipertanggungjawabkan, haruslah dipertahankan. Sebab, darinyalah Islam bisa lentur dan menebar kemaslahatan," tukasnya.
Menariknya, tambah KH Kholil Dahlan, Lailatul Ijtima juga diikuti oleh generasi muda NU. Di MWCNU Larangan, tak sedikit para pemuda yang bergabung dalam kegiatan Lailatul Ijtima.
"Kalau selama ini para pemuda menjauh dari beberapa kegiatan NU, Lailatul Ijtima bisa menjembatani untuk mengakrabkan generasi muda NU dengan yang sudah tua," pungkasnya.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Hairul Anam