Jumat, 21 Juli 2017

Al-Mujahidin, Pondok Pesantren Muhammadiyah di Balikpapan

BALIKPAPAN - Pondok Pesantren Terpadu Al Mujahidin Balikpapan berada di Kilometer 10 Jalan Poros Balikpapan-Samarinda membuat lembaga pendidikan yang berafiliasi dengan Muhammadiyah ini memiliki suasana tenang dari hiruk-pikuk perkotaan.

Mas'ud Asyhadi, Wakil Pimpinan Pondok Pesantren sedikit menceritakan, sejarah Ponpes Al Mujahidin saat ditemui Tribun Kaltim di Ruangannya, Minggu (5/6/2016). Tahun 1979 Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Balikpapan dan Wilayah Pasir membentuk kepanitiaan pembangunan panti asuhan dan pondok pesantren yang diketuai Muhammad Adnan.

Dimana akhirnya diberi nama Pondok Pesantren Al Mujahidin Balikpapan, yang berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta Kilometer 10 Desa Karang Joang Kecamatan Balikpapan Utara.

"Pada waktu itu para pendiri melihat Balikpapan ke depan akan menjadi kota besar, tentunya membutuhkan juru dakwah banyak, sedangkan lembaga pendidikan yang ada sudah tak bisa menampung sehingga diputuskan bangun ponpes ini," kata Mas'ud.

Bermodalkan lahan seluas 0,6 hektare dan sebuah rumah kayu ukuran 6x6 meter hasil wakaf Addu Syukur Daha yang juga Pimpinan Daerah Muhammadiyah Balikpapan dan Wilayah Pasir pada waktu itu.

Untuk santrinya didatangkan langsung dari Desa Semoi yang dahulu masih menjadi bagian dari Kota Balikpapan. Walaupun sempat jatuh bangun pada akhirnya Ponpes Al Mujahidin menjelma menjadi salah satu lembaga pendidikan yang cukup diakui tak hanya tingkat nasional tetapi juga internasional.

"Secara resmi Ponpes ini didirikan tahun 1981 dan beroperasi tahun 1982 atau sudah 35 tahun eksistensinya," ujarnya.

Luas lahan pun ikut bertambah seiring waktu dan saat ini sekitar 7 hektare dan mempunyai santri sebanyak 850 mulai jenjang SMP hingga SMA.

"Awalnya memang pondok pesantren tetapi karena kita ingin anak-anak juga harus mendapatkan pendidikan formal akhirnya kita dirikan sekolah, sehingga konsepnya sekolah terpadu karena penggabungan sekolah formal dengan pondok," katanya.

Dimana untuk SMP Muhammadiyah 3 Al Mujahidin dan SMA Muhammadiyah 3 Al Mujahidin masing-masing memiliki akreditasi A sehingga lulusan yang dihasilkan sanggup untuk berasaing melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

"Kita 3 kali mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika dimana santri kita belajar selama 1 tahun di sana selain ada kunjungan dari luar ke pondok pesantren kita," katanya

Untuk santrinya pun juga ada yang berasal dari Malaysia untuk menimba Ilmu di Al Mujahidin. Walaupun suasana keagamaannya sangat kental di tempat ini ternyata rasio pendidikan yang diberikan sekolah lebih banyak materi umum layaknya sekolah formal lainnya.

"Sebanyak 60 persen materi umum dan 40 persen agama, itu bedanya kita dengan ponpes lainnya, kita tetap utamakan pendidikan formal sehingga nantinya ketika mereka lulus mendapatkan 2 ijazah yakni ijazah sekolah dan ijazah pondok," katanya.

Walaupun begitu target lulusan Al Mijahidin tak main-main yakni para santri harus menghafal beberapa surat yang ada di Al Quran. Selain itu kesan pondok modern layak disematkan padanya. Bagaimana tidak, penerapan teknologi terkini sangat dimaksimalkan oleh para pengajar juga santri.

"Dalam menyampaikan materi secara bertahap kita sudah tidak konvensional lagi, jadi setiap santri memegang alat elektronik Tablet dalam pembelajaran setiap harinya, itu yang mulai kita terapkan karena memang sudah tuntutan zaman," katanya.

Selain itu beberapa titik sekolah sudah dilengkapi dengan Hotspot zone sehingga para santri dengan mudah mengakses internet.

"Internet bagai pisau bermata dua bisa bermanfaat bisa pula ancaman, tetapi situasi ini harus disikapi positif anggap sebagai tantangan, selalu beri pemahaman kepada santri apa konsekuensi yang setiap mereka ambil, toh kita halangi juga tidak mungkin," katanya bijak.

Kaltim Tribun

SHARE THIS

Author:

Situs Berita Islam Balipapan merupakan situs yang memberitakan tentang dunia Islam dan umat Islam, berbagi informasi dan menyemarakkan dakwah / syiar Islamiyah.

0 komentar: