KABUL - Seusai pembicaraan yang dilakukan H As’ad Said Ali dan KH Saifuddin
Amsir tentang peran para ulama NU di Indonesia sejak mulai
memperjuangkan kemerdekaan hingga perumusan Pancasila sebagai dasar
negara serta pembuatan konstutusi, maka sebagai ilustrasi diputarkan
film Sang Kiai dihadapan para ulama yang hadir dalam misi perdamaian itu.
Mereka sangat antusias menyaksikan film perjuangan kemerdekaan itu, di mana perjuangan dilakukan dengan kerjasama bahu membahu antar berbagai aliran, dan itu yang menurut mereka belum bisa dilakukan di Afghanistan.
Mereka mulai berpikir, kenapa Indonesia yang beragam bisa bersatu sementara Afghanistan yang cukup seragam agama dan budayanya tetapi masih sulit bersatu, hanya karena sukuisme sempit dalam memahami agama, serta egoisme kelompok yang tinggi.
Film itu juga menunjukkan pada ulama Afghanistan bagaimana jihad dilakukan dalam waktu dan tempat yang tepat, dengan strategi yang akurat. Perjuangan tidak boleh dilakukan di sembarang tempat sehingga banyak menimbulkan madlorot. Justru sasarannya bukan musuh sebenarnya tetapi bangsa dan kawan seagama sendiri.
Aplaus diberikan kepada film ini, terutama ketika dijelaskan bahwa tentara Gurkha yang dibawa sekutu menyerang para Kiai di Surabaya itu dibawah komando Ziaul Haq dari Pakistan yang menjadi tentara Inggris, mereka langsung bersorak. Ini merupakan ungkapan ketidaksukaan mereka terhadap Pakistan yang dianggap turut mensponsori konflik di Afghanistan.
Dengan film itu pula mereka merasa mendapatkan gambaran yang jelas tentang keadan umat Islam Indonesia tidak hanya perjuangannya, tetapi juga model pendidikannya, pekerjaan sehari-hari serta menata pergaulan antara pria dan wanita yang benar-benar sesuai dengan ajaran Islam.
Pihak Kedutaan RI di Kabul akan memutar film ini dan akan dijadikan sebagai sarana diplomasi kebudayaan untuk memperkenalkan budaya Indonesia pada masyarakat dunia. (Mukafi Niam/nuon)
Mereka sangat antusias menyaksikan film perjuangan kemerdekaan itu, di mana perjuangan dilakukan dengan kerjasama bahu membahu antar berbagai aliran, dan itu yang menurut mereka belum bisa dilakukan di Afghanistan.
Mereka mulai berpikir, kenapa Indonesia yang beragam bisa bersatu sementara Afghanistan yang cukup seragam agama dan budayanya tetapi masih sulit bersatu, hanya karena sukuisme sempit dalam memahami agama, serta egoisme kelompok yang tinggi.
Film itu juga menunjukkan pada ulama Afghanistan bagaimana jihad dilakukan dalam waktu dan tempat yang tepat, dengan strategi yang akurat. Perjuangan tidak boleh dilakukan di sembarang tempat sehingga banyak menimbulkan madlorot. Justru sasarannya bukan musuh sebenarnya tetapi bangsa dan kawan seagama sendiri.
Aplaus diberikan kepada film ini, terutama ketika dijelaskan bahwa tentara Gurkha yang dibawa sekutu menyerang para Kiai di Surabaya itu dibawah komando Ziaul Haq dari Pakistan yang menjadi tentara Inggris, mereka langsung bersorak. Ini merupakan ungkapan ketidaksukaan mereka terhadap Pakistan yang dianggap turut mensponsori konflik di Afghanistan.
Dengan film itu pula mereka merasa mendapatkan gambaran yang jelas tentang keadan umat Islam Indonesia tidak hanya perjuangannya, tetapi juga model pendidikannya, pekerjaan sehari-hari serta menata pergaulan antara pria dan wanita yang benar-benar sesuai dengan ajaran Islam.
Pihak Kedutaan RI di Kabul akan memutar film ini dan akan dijadikan sebagai sarana diplomasi kebudayaan untuk memperkenalkan budaya Indonesia pada masyarakat dunia. (Mukafi Niam/nuon)
0 komentar: