Pondok pesantren ini didirikan dan diasuh oleh K.H.
Syarwani Zuhri, ulama besar yang pernah belajar kepada beberapa syaikh
di Timur Tengah selama 12 tahun.
Tanah seluas 30 ha itu dulunya hutan semak belukar. Pada pertengahan
tahun 1987, tanah yang terletak di Km 19,5 Jalan Raya
Balikpapan-Samarinda tersebut kemudian dibuka dan di atasnya didirikan
pondok pesantren yang nama lengkapnya Pondok Pesantren Syech Muhammad
Arsyad Al-Banjari.
Pondok pesantren ini didirikan oleh K.H. Syarwani Zuhri, ulama besar
yang pernah belajar kepada beberapa syaikh di Timur Tengah selama 12
tahun, dan terutama berguru kepada Almaghfurlah Guru Muhammad Syarwani
Abdan Bangil. Atas pesan Guru Bangil pula, ia berdakwah di Balikpapan.
Sementara, teman seperguruannya, yaitu Zaini Abdul Ghani, yang kemudian
terkenal dengan sebutan ”Guru Ijai”, bertugas di Martapura.
Kedua murid itu kini sudah menjadi ulama besar dan berhasil mengasuh
pondok pesantren dan majelis ta’lim yang besar. Sayang Guru Ijai
meninggal lebih dahulu. Kini K.H. Syarwani Zuhri istiqamah meneruskan
dakwah gurunya di Balikpapan.
Pembangunan Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari dimulai
pada 1987. Perataan tanah pada 1990 dibantu oleh Den Zipur Kodam VI
Tanjung Pura. Pada tanggal 13 Maret 1993, diresmikanlah pondok pesantren
ini.
Kini di pondok pesantren ini sudah tersedia masjid, gedung Ma’had
Aly, penginapan santri, perumahan para ustadz, selain rumah untuk
pengasuh pondok pesantren. Di samping itu juga perpustakaan, puskesmas,
kantin, dan lapangan olahraga.
K.H. Syarwani Zuhri memulai proses pendidikan di pesantren ini
awalnya hanya dengan 45 santri. Waktu itu ia masih sendirian. Kini,
jumlah santri di Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari ada
sekitar 470 putra dan 159 putri. Santri putri memang masih sedikit,
karena pondok pesantren putri baru didirikan tahun 2004.
Begitu juga, kini K.H. Syarwani Zuhri tidak sendirian lagi, ia
dibantu 25 ustadz senior dan beberapa guru bantu. Di antara para ustadz
itu adalah Ustadz H. Jailani Mawardi Al-Hafizh, alumnus Madrasah
Shaulatiyah dan Sayyid Muhammad Al-Maliki Makkah, Ustadz H. Muhammadun,
S.Pd.I., alumnus Darul Musthafa Tarim, Yaman, Ustadz H. Zainal Ilmi,
Lc., alumnus Rubath Tarim, Yaman, Ustadz H.A. Mu’in, alumnus Darul
Musthafa Tarim, Yaman, Ustadz H.M. Faluis, alumnus Darul Musthafa,
Tarim, Yaman, yang juga anak Almaghfurlah Guru Syarwani Abdan, Bangil.
Para alumnus Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari
diterima di masyarakat. Banyak di antara mereka mengisi jabatan imam dan
pengurus masjid di Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan. Ada pula
yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, karena Pondok
Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari juga membekali alumninya
dengan Ijazah Paket C, yang setara dengan SMA.
Pondok pesantren ini membiayai pendidikannya dari sumbangan orangtua
santri, masyarakat, serta usaha mandiri pondok pesantren, yaitu usaha
peternakan sapi serta pabrik roti. Tentu saja, bantuan pemerintah dan
sumbangan dermawan juga sangat diharapkan.
Gemblengan Banyak Guru
K.H. Ahmad Syarwani Zuhri lahir di Desa Sungai Gampa Marabahan,
Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan,
kurang lebih 40 km dari kota Banjarmasin, pada tanggal 8 Agustus 1950,
dari pasangan Haji Zuhri bin Haji Acil dan Hajjah Marwiyah binti Haji
Khalil. Haji Zuhri adalah seorang petani biasa yang wara’. Ia lahir
dalam lingkungan adat keluarga yang sangat fanatik.
Awalnya, Ahmad Syarwani kecil dimasukkan ke sekolah agama Islam
tingkat Ibtidaiyah dan kemudian Tsanawiyah di Madrasah Sulam ‘Ulum di
Desa Sungai Gampa (1959-1961). Ia diasuh para guru, terutama K.H.
Muhammad Marzuki Musthafa, hingga berhasil meneruskan ke tingkat
selanjutnya.
Kemudian ia belajar di Madrasah ‘Aliyah Pondok Pesantren Darussalam
di Martapura, Kalimantan Selatan. Masuk tahun 1962, lulus tahun 1970.
Pada masa itu pondok pesantren ini di bawah asuhan Guru Tuha, yaitu K.H.
Abdul Qadir Hasan dan K.H. Anang Sya’rani Arif (muhaddits Kalimantan).
Atas dorongan orang tua dan para guru agama, ia melanjutkan menimba
ilmu ke kota Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, pada Pondok Pesantren Datuk
Kelampian selama tiga tahun (1970-1973), yang diasuh Guru Syarwani
Abdan.
Kemudian, atas pengarahan dan dorongan serta doa restu sang guru, ia
melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, Arab Saudi, dan kemudian
bermukim di sana. Ia berada di Timur Tengah selama lebih kurang 12
tahun.
Selama di Makkah Al-Mukarramah, ia sempat menimba ilmu dari
tokoh-tokoh Islam dunia, ulama-ulama dan guru-guru besar Al-Haramain:
Makkah dan Madinah. Antara lain, Yang Mulia Syaikhuna Sayyid Muhammad
Amin Kutbi, Asy-Syaikh Muhadditsul Al-Haramain Hasan bin Muhammad
Al-Masysyath (mufti Makkah Al-Mukarramah), Asy-Syaikh Al-’Allamah
Muhammad Yasin bin ‘Isa Al Fadani Al-Makki (direktur Madrasah
Ad-Diniyah Darul ‘Ulum Makkah Al-Mukarramah), Asy-Syaikh Muhammad
Nursayf Rahimahullah, Al-Habib Al-’Alim Al-Allamah Abdul Qadir bin
Ahmad As-Seggaf (wali quthb, Jeddah), Asy-Syaikh Al-’Arif billah
Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Habsyi, Asy-Syaikh Muhadits
Al-Haramain Al-Habib Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Asy-Syaikh
Isma’il bin Zein Al-Yamani Al-Makki, Al-Habib Al-Muhaddits Syu’aib Abu
Madyan, Asy-Syaikh Al-Faqih Al-’Allamah Zakariyya bin Abdullah Billa,
Asy-Syaikh Al-Muhaddits Umar Hamdan At-Tunisi.
Sedang di kota Madinah Al-Munawarrah, ia sempat belajar dan
memperdalam ilmu kepada Asy-Syaikh Al-Hafizh Zakariyya Kandahlawi
Al-Madani, Asy-Syaikh Al- ‘Arif billah Muhammad Fahmi Al-Madani, dan
Asy-Syaikh Sayyid Muhammad Al-Muntasir Al-Kattani (Mufassir).
Walau cukup lama di Makkah dan Madinah, rupanya dahaga ilmunya
belum terpuaskan. Maka berangkatlah ia ke Syria, untuk belajar sertra
mengambil ijazah ilmu-ilmu tafsir dan ilmu-ilmu hadits kepada para
ulama di sana. Antara lain Al-Hafizh Al-’Alim Allamah Al-Muhaddits
Sayyid Muhammad Badaruddin Al-Husaini Ad-Dimasyqi, Asy-Syaikh Al-Allamah
Al-Arif billah Izzuddin Al-Ghaznawi, Asy-Syaikh Al-Allamah Al-Mufassir
Muhammad Asy-Syami, As-Syaikh Al-’Alim Al-’Allamah Muhammad An-Nabhani
(pengasuh Madrasah Diniyah An-Nahdlatul Ulum Al-Halabi), As-Syaikh
Al-’Alim Al-Allamah Rasyid Rasyad Ad-Dimasyqi.
Dari Syria, ia menuju Irak. Di sana, ia memperdalam ilmu dengan
beberapa ulama besar. Antara lain Al-’Allamah Al-Muhaddits Abdul Hay
An-Naisyabur, Al-Allamah Mahmud bin Ahmad Al-Baghdadi, Asy-Syaikh
Al-Arif Billah Muhammad Bisa Ahmad As-Sayid Ar-Rifa’i, Asy-Syaikh
Al-’Allamah Al-Quthb Al-Ghauts Al-Akbar Muhammad Al-Fasi, Sayyid Ahmad
bin Muhammad Mahyuddin Al-Husaini.
Setelah menuntut ilmu di Irak, ia melanjutkan pengembaraannya ke
Negeri Piramida, Mesir, yang cukup terkenal sebagai gudangnya ilmu dan
ulama. Di sana, ia memperdalam ilmu kepada para ulama negeri itu,
seperti Asy-Syaikh Al-Imam Al-’Arif billah Sayyid Muhammad bin Shaleh
Al-Ja’fari (imam mufti Al-Azhar Syarif, Mesir), Asy-Syaikh Al-Alim
Al-Allamah Hasanain Muhammad Makhluf (mufti Mesir), Asy-Syaikh Prof.
Dr. Al-Imam Abdul Halim Mahmud (rektor Al-Azhar University, Mesir),
Al-’Alim Al-Allamah Syaikh Muhammad Sulaiman bin Muhammad An-Namiri
At-Thanthawi (rektor University Jami’ah Muhammiyah Asy-Syafa Thantha).
Kemudian ia ke Maroko. Di sana, ia antara lain belajar kepada
Al-Hafizh Al-Muhaddits Sayyid Ahmad bin Shiddiq Al-Ghumari, Al’Alim
Al-Allamah Syaikh Abdul Aziz Shiddiq Al-Ghumari, Asy-Syaikh Al-’Allamah
Asy-Syarif Muhammad bin Abbas Al-Fasi Al-Hasani.
Lalu, ia hijrah ke Yaman. Di sana antara lain ia memperdalam ilmu
kepada Asy-Syaikh Al-Allamah Al-Faqih Yahya Al-Ahdal, Al-Arif billah
Sayyid Abu Madyan, Asy-Syaikh Al-’Allamah Al-Faqih Abdullah Al-Lahiji,
Al-Allamah Asy-Syaikh Al-Muhaddits Al-Yamani Ahmad bin Yahya bin Abdul
Wasyi.
Ia juga pernah mengambil ijazah dari dua ulama besar negeri Sudan,
yaitu Syaikh Ibrahim Ar-Rasyidi As-Sudani dan Syaikh Al-’Allamah Ahmad
Jabarti.
Begitulah waktu terus berjalan, hingga akhirnya pada tahun 1986 ia
kembali ke tanah air, dan langsung menuju kampung halaman di Sungai
Gampa Marabahan, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Kedua orangtuanya
selalu menanti kedatangan anaknya yang tercinta yang sudah dua belas
tahun menetap di Timur Tengah.
Atas inisiatif keluarga, ia kemudian membeli rumah di Martapura, yaitu di Jalan Pesayangan Gang Kurnia RT I No. 1.
Beberapa saat ia menempati rumah yang baru dibeli, sambil merasakan
nikmatnya barakah berkumpul dengan guru-guru dan ulama-ulama di
Martapura, seperti K.H. Samman Mulia, K.H. Muhammad Zaini Ghani, K.H.
Husin Dahlan, K.H.M. Ramli Radhi, K.H. Badaruddin, K.H. M. Royani.
Namun kemudian beberapa keluarga dan kawan seperguruan sekaligus
gurunya, K.H. Muhammad Shafwan (Guru Handil), Handil 6 Muara Jawa,
sangat mengharapkan supaya ia bisa mengajar di Balikpapan khususnya,
Kalimantan Timur umumnya.
Maka ia pun melakukan shalat Istikharah, sambil menanti saran serta
pertimbangan dari guru yang mulia, K.H. M. Syarwani Abdan, Bangil.
Qadar Allah SWT berlaku jua. Dengan penuh rasa ikhlas, ia pindah dan menetap di Balikpapan.
Dengan bantuan dan dorongan istri setia, ia dapat membeli rumah yang sederhana di Balikpapan Timur.
Maka begitulah, pada pertengahan tahun 1987, mulailah dibangun Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari.
SB / Majalah Al Kisah
0 komentar: