KAIRO - Gelombang penggalangan demonstrasi tanggal 30 Juni yang
diprakarsai oleh Front Penyelamatan Nasional Mesir (FPN) untuk
melengserkan Presiden Morsi semakin deras. Ikhwanul Muslimin (IM)
sebagai pemegang tampuk pemerintahan saat ini telah melobi berbagai
kalangan islamiyyin untuk membuat demonstrasi tandingan, namun sebagian
besar menolak.
Sebelumnya, partai-partai Salafi menolak
ajakan FJP sayap politik IM untuk mendukung demonstrasi tandingan
tanggal 30 Juni ini. Kini, Jamaah Islamiyah akan menggunakan kesempatan
huru-hara ini untuk mengikrarkan Mesir sebagai negara Islam, jika Morsi
benar-benar lengser. Jamaah Islamiyah tidak akan membiarkan pihak FPN
mengambil alih kepemimpinan Mesir. Karena menurut mereka, FPN berisi
kalangan sekuler, pendukung mantan calon presiden Mesir Ahmad Syafiq,
dan antek-antek Mubarak.
“Instansi pemerintah akan
dijaga oleh polisi dan tentara. Kami hanya akan menjaga diri kami
sendiri dari berbagai serangan. Saya berharap demonstrasi tanggal 30
Juni berjalan damai. Dan jika mereka berhasil melengserkan Morsi dan
merealisasikan ancaman-ancaman mereka, maka kami akan melakukan revolusi
Islam secara menyeluruh menentang Dewan Pemerintahan yang akan
dibentuk. Kami tidak akan membiarkan mereka senang sedikitpun. Kami akan
memperlihatkan kepada mereka siapa sebenarnya islamiyyin itu, dan siapa
sebenarnya jihadis dan revolusioner Islam itu,” tegas Yahya Syirbini,
kordinator gerakan Revolusi Islam.
Sementara itu di
pihak yang lain, Muhammad Najah (Abu Mus’ab) mantan kordinator informasi
Al-Qaedah menegaskan bahwa Salafi Jihadi tidak akan ikut turun ke jalan
pada tanggal 30 Juni ini. Karena mereka tidak pernah mengakui
legitimasi Presiden Morsi, karena Morsi tidak berhukum dengan hukum
Allah, dan tidak ada bedanya dengan para pemimpin sekuler.
Tersebar
tulisan DR. Muslim Tsair (bukan nama sebenarnya) di berbagai group
Salafi di facebook. Di dalam tulisan tersebut dia mengatakan: “Kesalahan
secara syar’i dan strategi yang mungkin akan dilakukan oleh kalangan
islamiyyin adalah turun ke jalan untuk membela legitimasi Morsi. Dari
sudut pandang Islam, Morsi sama sekali tidak memiliki legitimasi, karena
dia tidak berhukum dengan syariat Islam. Karenanya, tidak boleh secara
syariat untuk membelanya melawan oposisi.”
Muslim Tsair
juga menyatakan: “Turunnya kalangan islamiyyin ke jalan untuk membela
Morsi akan membuat masyarakat awam menganggap bahwa seluruh kalangan
islamiyyin mendukung Ikhwanul Muslimin. Mereka akan menganggap bahwa
pemerintahan Morsi yang gagal ini adalah kegagalan kalangan islamiyyin
secara keseluruhan, bukan IM saja. Ini akan memperburuk citra ‘proyek
islami’ dalam pandangan masyarakat awam. Oleh karena itu, sikap yang
benar adalah membentuk Front tandingan di luar kedua kubu; IM dan FPN,
atau sama sekali tidak ikut campur.” (elwthn/sm)
Sumber: Mosleminfo
0 komentar: