KAIRO - Kemenangan ‘Islamiyyin’ dalam panggung politik Mesir tidak
serta merta menggoreskan cerita indah yang enak dilihat. Banyak kalangan
Islam sendiri yang gusar dengan ‘politik Islam’ yang coba ditampilkan
oleh sebagian politisi yang mengusung jargon ‘Syariat Islam’. Al-Azhar
sebagai institusi Islam terbesar di Mesir dan simbol Islam moderat,
sering merasa terganggu dengan tindak-tanduk dan pemahaman dangkal
kalangan ‘Islamiyyin’ yang terjun ke panggung politik, terhadap Islam
itu sendiri.
DR. Ahmad Karimah, Guru Besar Syariah Islam Universitas
Al-Azhar Kairo, adalah salah satu pioner kontemporer dalam menangkis
gerakan Islam radikal di Mesir. Harian al-Wafd berhasil mewancarai
beliau secara eksklusif.
A: Bagaimana Anda membaca panggung politik saat ini?
B: Politik Mesir saat ini serba tidak pasti dan tidak jelas
visinya karena kurangnya kejujuran dan transparansi serta tidak ada
program dan rencana riil yang dapat memberi nilai plus untuk agama dan
tanah air.
A: Apa penilaian Anda terhadap kinerja Presiden Morsi?
B: Saya bukan politisi dan saya tidak dekat dengan para
pengambil kebijakan. Penilaian kinerja ini seharusnya ditanyakan kepada
lembaga-lembaga negara yang memiliki landasan dan laporan sehingga dapat
digunakan untuk menilai secara faktual, bukan hanya sekedar formalitas.
Terkait masalah ini, penilaian seseorang secara personal merupakan
sebuah kesalahan. Dia bisa berbuat zalim terhadap obyek penilaiannya,
atau malah bersikap basa-basi dengan melontarkan pujian kosong. Sebuah
bangsa dan negara yang kuat tidak mungkin dibangun dengan kedua sikap
salah seperti ini.
A: Bagaimana kinerja pemerintah pimpinan DR. Hisham Qandil?
B: Tidak begitu baik. Mereka dituduh tunduk pada kelompok
tertentu yang tidak memiliki keahlian yang cukup untuk kemajuan negeri
ini. Ini bukan hanya sekedar omong kosong, namun realitasnya memang
demikian. Krisis merajalela, bencana terjadi silih berganti, dan sikap
utamanya adalah keras kepala.
A: Apa maksud Anda dengan keras kepala?
B: Sikap politiknya sama persis dengan sikap rezim
sebelumnya (era Hosni Mubarak, red) tidak berubah sama sekali. Tidak ada
seorang pun dari mereka yang ingin mendengarkan pendapat orang lain.
Dia hanya mendengarkan pendapat dirinya sendiri. Sikap inilah yang
dipegang oleh Partai yang berkuasa saat ini. Tidak ada perbedaan antara
partai penguasa tersebut dengan Partai Nasional pimpinan Hosni Mubarak
dalam sikap politiknya. Ada orang-orang di pemerintahan yang tidak cocok
untuk mengemban amanah di masa transisi yang memerlukan sosok-sosok
berkualitas dan berpengalaman, bukan orang-orang yang hanya sekedar
jujur dan mampu membagi-bagikan harta rampasan perang. Beberapa tragedi
yang terjadi sudah sangat jelas menegaskan bahwa saat ini Mesir telah
menjadi ‘harta rampasan perang’ yang dapat dibagi-bagikan sebagai
hadiah.
A: Bagaimana Anda melihat kinerja Jamaah Ikhwanul Muslimin dan Mursyidnya?
B: Saya tidak tahu, apakah yang Anda maksud kinerja dakwah
atau kepentingan publik. Terkait urusan Islam, ada sikap yang
kontradiktif dan inkonsisten, dengan bukti adanya pinjaman ribawi, baik
dari dalam negeri maupun luar negeri, serta kurangnya penghormatan
kepada Al-Azhar. Adapun terkait kepentingan publik, tidak ada dampak
positif yang dirasakan oleh rakyat jelata. Di era rezim Ikhwanul
Muslimin, Mesir berada di bawah dua kekuatan, pedagang agama dan
pedagang negara. Keduanya saling berlomba-lomba.
A: Bagaimana Anda melihat kejadian yang menimpa Al-Azhar saat ini?
B: Al-Azhar mengalami hinaan yang belum pernah terjadi
dalam sejarahnya, kecuali pada masa Napoleon Bonaparte ketika dia
menyerbu Al-Azhar dengan pasukannya. Dan di masa rezim Ikhwanul Muslimin
saat ini, para kader mereka menyerbu kantor Grand Shaikh Al-Azhar
dengan membawa spanduk penghinaan terhadap Grand Shaikh Al-Azhar DR.
Ahmad Tayeb, dan mengepung kantor DR. Osama al-Abd Rektor Universitas
Al-Azhar. Ditambah lagi fakta yang terjadi beberapa waktu lalu saat ada
acara kenegaraan di Universitas Kairo, salah satu pemimpin Ikhwanul
Muslimin tidak meletakkan kursi khusus yang biasa digunakan pemerintah
untuk menyambut Grand Shaikh Al-Azhar. Itu belum lagi, berbagai
pernyataan pedas DR. Oryan (anggota dewan dari partai bentukan IM, red)
di MPR yang terus mendiskreditkan Al-Azhar.
A: Apa tujuan Ikhwan terus menerus menyerang Al-Azhar?
B: Tujuannya untuk memperkuat basis politiknya. Sekarang
ini, Al-Azhar sudah menjadi target untuk dikuasai agar tunduk kepada
Ikhwanul Muslimin, dan menduduki pos-pos tertinggi di instansi Al-Azhar.
A: Bagaimana menurut Anda terkait kejadian keracunan mahasiswa di asrama Al-Azhar?
B: Insiden keracunan tersebut telah dimanfaatkan untuk
kepentingan politik, demi mengkriminalisasi Grand Shaikh Al-Azhar,
Rektor Universitas Al-Azhar, dan para petinggi Al-Azhar lainnya.
A: Apa bukti semua itu?
B: Buktinya adalah adanya upaya melibatkan langsung Grand
Shaikh Al-Azhar dan Rektor Universitas dalam insiden keracunan tersebut.
Padahal seharusnya yang dilibatkan adalah DR. Hosam Qandil (Perdana
Menteri). Dimana pemerintah saat terjadi insiden keracunan mahasiswa
Universitas Alexandria? Dimana mereka ketika terjadi masalah di Misr
International University (MIU)? Mengapa yang terdengar santer hanya
insiden keracunan mahasiswa Al-Azhar saja?!!
A: Anda pernah mengatakan bahwa ada kesepakatan rahasia antara Salafi dan Ikhwan untuk melengserkan Grand Shaikh Al-Azhar?
B: Sekarang justru hal itu bukan rahasia lagi. Dulu
kesepakatan tersebut memang rahasia pada pertemuan Jamaah Salafi yang
dipimpin oleh Yasir Burhami. Akan tetapi karena rekamannya bocor ke
publik, maka hal itu sudah menjadi konsumsi publik. Namun sayang sekali,
belum ada tindakan hukum untuk mengadili orang-orang yang merendahkan
institusi Al-Azhar dan Grand Shaikh Al-Azhar.
A: Bagaimana Anda melihat perbedaan antara Ikhwanul Muslimin dan Salafi akhir-akhir ini?
B: Tidak ada perbedaan antara mereka, karena asas dasar
mereka sama. Keduanya telah merampas revolusi Januari. Demikian juga
keduanya telah bersikap ekstrim melebihi ajaran Islam. Lebih dari itu,
Ikhwan Quthbiyyin (pengagum Sayyid Qutub, red) dan Salafi Wahabi kerap
mengafirkan orang-orang yang menentang pendapat mereka.
A: Anda mengatakan bahwa Salafi adalah Khawarij zaman ini, kenapa?
B: Menurut sebuah hadis dari Nabi SAW.: “Akan datang pada
akhir zaman suatu kaum yang berumur masih muda dan berpikiran sempit.
Mereka senantiasa berkata baik. Mereka keluar dari agama Islam,
sebagaimana anak panah lepas dari busurnya. Mereka mengajak manusia
untuk kembali kepada Al-Quran, padahal mereka sama sekali tidak
mengamalkannya. Mereka membaca Al-Quran, namun tidak melebihi
kerongkongan mereka. Mereka berasal dari bangsa kita (Arab). Mereka
berbicara dengan bahasa kita (bahasa Arab). Kalian akan merasa shalat
kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan shalat mereka, dan puasa kalian
tidak ada apa-apanya dibandingkan puasa mereka.”
A: Menurut Anda, yang membahayakan Al-Azhar itu Ikhwanul Muslimin atau Salafi?
B: Kedua-duanya..karena Ikhwanul Muslimin Quthbiyyin dan
Salafi Wahabi adalah Khawarij (keluar) dari barisan golongan mayoritas
(sawazul a’zam) umat Islam.
A: Apa yang menyebabkan Anda menangis di salah satu acara televisi?
B: Saya memang hanya bisa menangis..saya menangis demi
pemahaman Islam yang benar, serta kondisi Mesir saat ini dan masa
depannya. Ikhwanul Muslimin dan Salafi telah berhasil membawa kita semua
menjadi bagaikan ‘ghutsa’ sail’, dan sebentar lagi Islam ini akan
dianggap asing.
A: Apa yang Anda maksud dengan ghutsa’ sail?
B: Maksudnya adalah buih lautan yang tidak berharga dan
diperhitungkan sama sekali oleh musuh, apalagi oleh teman sendiri. Para
pemuda yang mengikuti Ikhwan dan Salafi mengetahui Islam hanya jenggot
lebat tidak perlu dirapikan, celana cingkrang, dan terompah. Mereka
mengetahui pemikiran Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab, sebagai
ganti dari belajar ajaran Rasulullah, para sahabat, dan ahli bait.
Demikian juga mereka mempelajari ‘Ushul Isyriin’ (20 Asas Dasar) Hasan
al-Banna sebagai ganti dari prinsip-prinsip dasar Islam itu sendiri.
Sedangkan maksud dari keterasingan Islam adalah semakin redupnya ajaran
Islam yang benar. Kesalahan terbesar Ikhwanul Muslimin dan Salafi adalah
mengubah ajaran Islam yang benar.
A: Apakah Anda mengkhawatirkan institusi Al-Azhar?
B: Percayalah kepada saya….saya tidak tidur…. saya tahu
bahwa Al-Azhar berada di antara dua konspirasi Ikhwanul Muslimin dan
keinginan Salafi untuk menutup Al-Azhar. Institusi Al-Azhar ini sudah
berumur seribu tahun. Di tangan mereka, Al-Azhar akan dijadikan museum
wisata seperti Piramida dan Sphinx, tanpa ada kegiatan ilmiah dan kosong
dari ajaran Islam yang benar dan pengetahuan Islam.
A: Sejak kapan Al-Azhar menjadi sasaran?
B: Al-Azhar menjadi sasaran sudah sejak 40 tahun yang lalu,
yaitu sejak akhir masa rezim Anwar Sadat. Upaya ini mulai tampak di
akhir masa rezim Hosni Mubarak. Tidak perlu diragukan lagi bahwa mereka
akan terus menyempurnakan rencana tersebut dengan cara melemahkan peran
Al-Azhar. Dan kami tidak akan pernah lupa bahwa para kader Ikhwanul
Muslimin mencemarkan nama baik kampus dengan menyimpan milisi-milisi
Khairat Syathir pada tahun 2006 untuk kepentingan militer Ikhwanul
Muslimin demi meneror semua kalangan dan menunjukkan akan eksistensi
militer mereka. Pada saat itu, DR. Ahmad Thayeb menjabat sebagai Rektor
Universitas Al-Azhar menegakkan hukum yang berlaku terhadap
milisi-milisi Ikhwanul Muslimin tersebut. Mereka tidak akan pernah lupa
kejadian tersebut. Sekarang ini, mereka berusaha untuk membuat
perhitungan dan membalas dendam terhadap Grand Shaikh Al-Azhar.
A: Apa sebenarnya tujuan di balik pencemaran nama baik kampus pada waktu itu?
B: Itu hanya salah satu rangkaian untuk meruntuhkan
Al-Azhar dan menghilangkan kepercayaan terhadap Al-Azhar baik di dalam
negeri maupun luar negeri. Juga untuk menghancurkan nama Al-Azhar dan
membentuk opini bahwa Al-Azhar asy-Syarif adalah markas pelatihan
militer Ikhwanul Muslimin.
A: Apa pendapat Anda mengenai undang-undang obligasi?
B: Undang-undang obligasi hanyalah analgesik (obat
penenang) seperti aspirin yang tidak akan memecahkan persoalan ekonomi
negara, terlebih transaksi tersebut terlarang. Karena obligasi tersebut
akan membahayakan kedaulatan Mesir. Obligasi tersebut juga akan
mengancam penjualan dan penggadaian fasilitas-fasilitas umum milik
negara, sehingga generasi yang akan datang tidak akan dapat menikmatinya
lagi. Hal itu ditambah lagi pasal-pasal terkait undang-undang obligasi
ini tidak begitu jelas.
A: Menurut Anda, apakah undang-undang obligasi tersebut tetap akan dijalankan meski ditentang oleh Dewan Ulama Senior?
B: Undang-undang tersebut akan tetap mereka jalankan, baik Dewan Ulama Senior menyetujui maupuan menolaknya.
A: Apa yang melandasi pernyataan Anda bahwa undang-undang tersebut pasti akan dijalankan?
B: Karena Ikhwanul Muslimin hanya mendengarkan dirinya
sendiri. Dan hendaknya orang yang merasa menjadi korban sikap mereka
ini, menyesali akan hal itu. Mereka sendiriah yang pertama melanggar
konstitusi yang mereka buat.
A: Bagaimana maksudnya?
B: MPR tidak mengalihkan pembuatan rancangan undang-undang
obligasi ke Dewan Ulama Senior setelah hal itu dibahas oleh Dewan Ulama
Senior. Hal ini merupakan pelanggaran Pasal IV UUD, yang menyatakan
kewajiban menyampaikan pasal-pasal terkait syariah kepada Dewan Ulama
Senior untuk meminta pertimbangannya. Pelanggaran ini merupakan
kesempatan emas bagi Partai an-Nuur (partai salafi, red) untuk
menegaskan perlawanannya terhadap Partai Kebebasan dan Keadilan (partai
ikhwan, red). Oleh karenanya, Presiden akhirnya menerima usulan Dewan
Ulama Senior. Ikhwan dan Salafi telah gagal dalam tes pertama mereka.
Permasalahan mereka sebenarnya adalah sikap ekstrim (menambah) dari
ajaran Islam, serta tidak menghormati syariah Islam dan Al-Azhar.
Bersambung…
Sumber: http://www.mosleminfo.com/dr-ahmad-karimah-ikhwan-dan-salafi-berusaha-tutup-al-azhar-wawancara-eksklusif/
0 komentar: