NASIONAL - Untuk kepentingan informasi dan dakwah, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kudus mendirikan radio komunitas bernama “Buana Kartika FM”. Radio berfrekwensi 107,5 FM itu akan mulai mengudara (on air) pada 13 Januari2013 bertepatan awal bulan kelahiran Nabi (Rabiul Awwal).
Ketua PCNU Kudus KH Chsunan mengatakan, gagasan mendirikan stasiun radio ini didasari pentingnya media komunikasi ini dalam mengembangkan wawasan pengetahuan, penguatan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalu siaran radio.
“Selain program NU, radio ini diharapkan mampu media informasi, komunikasi dan dakwah untuk menyuarakan kepentingan NU dan pencerahan sekaligus penguatan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah serta NKRI,”ujarnya kepada NU Online, Senin (31/12).
Ia menilai keberadaan radio masih sangat efektif untuk menjadi sarana informasi dan dakwah yang bisa disampaikan kepada semua lapisan.
“Disamping media lain, radio menjadi media penyebar informasi dan dakwah Islam yang paling murah dan terjangkau masyarakatsampai bawah termasuk warga NU yang ada di pedesaan,” katanya.
Terkait menu acara, KH. Chusnan menerangkan program siarannya sangat beragam sesuai ciri khas NU, mulai pendidikan, amalan-amalan aswaja dan hiburan.
“Tentu saja, hiburannya kita sesuaikan dengan namanya yakni bercirikan Islami. Kita akan menjadi ciri khas NU dan Aswaja,” terangnya.
Mengenai nama Kartika Buana, ia menyebut hasil pilihan Mustasyar PBNU KH Sya’roni Ahmadi. Ketika KH Chusnan bersama rais PCNU KH.Ulil Albab sowan kepada beliau, menawarkan tiga nama mulai Aswaja FM,Radio Suara NU Kudus dan Buana Kartika.
“Oleh beliau lebih cocok memilih dan merestui nama yang terakhir itu, alasannya biar tidak kelihatan jelas NU-nya,” tuturnya.
Direktur Radio Buana Kartika FM H. Fatchul Anam menambahkan program siaran radio komunitas ini hanya akan menyuarakan kepentingan NU dan layanan social masyarakat.
“Sesuai peraturan, Radio komunitas ini memang dilarang menyuarakan iklan produk perusahaan kecuali iklan social layanan masyarakat yang diperbolehkan,” ujar H Anam yang juga mantan direktur radio FM Suara Kudus milik Pemerintah kabupaten setempat ini.
Meskipun berbentuk komunitas, pihaknya berjanji dua tahun ke depan akan berusaha merubah statusnya menjadi radio swasta niaga.
“Kalau nanti sudah tertata dan berjalan dengan baik,kita siap untuk mengubah status menjadi radio swara niaga,” tandasnya mantab.
Sekarang ini, radio Kartika Buana terus melakukan persiapan penataan studio dan mengadakan diklat broadcasting sekaligus sebagai ajang seleksi penyiar yang sebagian besar diikuti kader muda NU. Disamping itu, pengelola radio ini juga mengadakan kunjungan studi banding ke studio Radio Rasika FM Ungaran.
Saat NU Online meninjau studio Buana Kartika yang bertempat di Kantor PCNU Jl Pramuka 20 Kudus, tower pemancar setinggi 50 meter sudah terpasang di halaman studi serta perangkat siaran sudah siap dioperasikan di ruang studio yang ber-AC.
“Insya Allah, 13 januari akan kita launching sekaligus on air perdana. Do’akan saja, semoga sukses dan lancar bisa memberi manfaat bagi warga NU dan masyarakat umum lainnya,”jelas H. Fathul Anam seraya penuh harap.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Qomarul Adib
Ketua PCNU Kudus KH Chsunan mengatakan, gagasan mendirikan stasiun radio ini didasari pentingnya media komunikasi ini dalam mengembangkan wawasan pengetahuan, penguatan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalu siaran radio.
“Selain program NU, radio ini diharapkan mampu media informasi, komunikasi dan dakwah untuk menyuarakan kepentingan NU dan pencerahan sekaligus penguatan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah serta NKRI,”ujarnya kepada NU Online, Senin (31/12).
Ia menilai keberadaan radio masih sangat efektif untuk menjadi sarana informasi dan dakwah yang bisa disampaikan kepada semua lapisan.
“Disamping media lain, radio menjadi media penyebar informasi dan dakwah Islam yang paling murah dan terjangkau masyarakatsampai bawah termasuk warga NU yang ada di pedesaan,” katanya.
Terkait menu acara, KH. Chusnan menerangkan program siarannya sangat beragam sesuai ciri khas NU, mulai pendidikan, amalan-amalan aswaja dan hiburan.
“Tentu saja, hiburannya kita sesuaikan dengan namanya yakni bercirikan Islami. Kita akan menjadi ciri khas NU dan Aswaja,” terangnya.
Mengenai nama Kartika Buana, ia menyebut hasil pilihan Mustasyar PBNU KH Sya’roni Ahmadi. Ketika KH Chusnan bersama rais PCNU KH.Ulil Albab sowan kepada beliau, menawarkan tiga nama mulai Aswaja FM,Radio Suara NU Kudus dan Buana Kartika.
“Oleh beliau lebih cocok memilih dan merestui nama yang terakhir itu, alasannya biar tidak kelihatan jelas NU-nya,” tuturnya.
Direktur Radio Buana Kartika FM H. Fatchul Anam menambahkan program siaran radio komunitas ini hanya akan menyuarakan kepentingan NU dan layanan social masyarakat.
“Sesuai peraturan, Radio komunitas ini memang dilarang menyuarakan iklan produk perusahaan kecuali iklan social layanan masyarakat yang diperbolehkan,” ujar H Anam yang juga mantan direktur radio FM Suara Kudus milik Pemerintah kabupaten setempat ini.
Meskipun berbentuk komunitas, pihaknya berjanji dua tahun ke depan akan berusaha merubah statusnya menjadi radio swasta niaga.
“Kalau nanti sudah tertata dan berjalan dengan baik,kita siap untuk mengubah status menjadi radio swara niaga,” tandasnya mantab.
Sekarang ini, radio Kartika Buana terus melakukan persiapan penataan studio dan mengadakan diklat broadcasting sekaligus sebagai ajang seleksi penyiar yang sebagian besar diikuti kader muda NU. Disamping itu, pengelola radio ini juga mengadakan kunjungan studi banding ke studio Radio Rasika FM Ungaran.
Saat NU Online meninjau studio Buana Kartika yang bertempat di Kantor PCNU Jl Pramuka 20 Kudus, tower pemancar setinggi 50 meter sudah terpasang di halaman studi serta perangkat siaran sudah siap dioperasikan di ruang studio yang ber-AC.
“Insya Allah, 13 januari akan kita launching sekaligus on air perdana. Do’akan saja, semoga sukses dan lancar bisa memberi manfaat bagi warga NU dan masyarakat umum lainnya,”jelas H. Fathul Anam seraya penuh harap.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Qomarul Adib