WAWANCARA - Ini merupakan lanjutan (bagian 2) dari wawancara eksklusif
DR. Ahmad Karimah dengan harian al-Wafd. Bagi pembaca yang belum membaca
bagian pertama, silakan membacanya di sini.
A: Mengapa mereka tidak mendengarkan pendapat oposisi?
B: Ikhwanul Muslimin selama 80 tahun melakukan gerakan
bawah tanah. Mereka tidak dapat bekerja secara terang-terangan. Tatkala
gerakan ini keluar dari tempatnya yang gelap gulita ke realitas yang
terang-benderang, mereka kehilangan fokus dan menjadi buta.
A: Bagaimana Anda melihat cara rezim Ikhwan dalam membungkam insan media, kalangan liberal, dan para ulama moderat?
B: Kekuasaan yang dibungkus dengan jargon-jargon agama,
baik di kalangan Yahudi, Nasrani, maupun Islam, merupakan kekuasaan yang
fasisme dan diktator. Kita belum pernah mendengar dalam sejarah bahwa
ada otoritas keagamaan menerima prinsip musyawarah dan keadilan kecuali
di era Nabi SAW. dan Khulafaur Rasyidin.
A: Kami tahu bahwa Anda marah dengan konstitusi (UUD)
yang ada, karena menurut Anda konstitusi tersebut tidak dirancang oleh
seorang lulusan fakultas hukum, mengapa?
B: Konstitusi harus dirancang oleh para pakar hukum, bukan
orang-orang jebolan akademi persiapan dai berijazah diploma. Ditambah
lagi ada campur-aduk antara pasal-pasal konstitusi dan aturan
pelaksanaan. Pasal-pasal terkait syariat Islam semuanya bertentangan
dengan syariat Islam itu sendiri. Saya telah mengirimkan catatan terkait
hal itu kepada Presiden dan anggota Majelis Konstituante dari Al-Azhar,
namun belum mendapat jawaban.
A: Pasal-pasal apa saja yang membuat Anda marah?
B: Banyak sekali, contohnya pasal 219 yang merupakan pasal
penafsir dari pasal 2 UUD yang berbunyi: “Prinsip-prinsip syariat Islam
yang mencakup dalil-dalil komplit, kaidah-kaidah ushul fikih dan fikih,
serta sumber-sumber rujukan terpercaya di dalam mazhab-mazhab
Ahlussunnah wal Jama’ah”. Ini merupakan pasal Wahabi Salafi yang akan
mereka gunakan untuk menipu dan membuat konspirasi. Dalil dalam syariat
Islam adakalanya bersifat qath’i (pasti) atau zanni (dugaan), dan
adakalanya bersifat ijmali (global) atau tafshili (rinci). Menyifati
dalil-dalil dalam syariat Islam dengan sifat ‘komplit’ merupakan
kesalahan fatal secara ilmiah. Sedangkan kalimat ” kaidah-kaidah ushul
fikih dan fikih, serta sumber-sumber rujukan terpercaya” tidak perlu
dicantumkan dalam UUD sebuah bangsa yang berakal. Demikian juga, di
dalam mazhab Ahlussunnah wal Jamaah ada beberapa ‘ranjau’ yang berhasil
diletakkan oleh kalangan Salafi Wahabi di dalam UUD. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya konflik agama dan sektarian. UUD kita saat ini
menyerupai UUD Iran. Meski kita saat ini berada di Mesir yang merupakan
jantung dunia Islam dan pusat Al-Azhar, namun kita kerap mengulangi
kebodohan yang pernah ada. Kita hanya membatasi penafsiran syariat
Islam, atau masalah-masalah fikih, atau konstitusi dengan penafsiran
mazhab Ahlussunnah wal Jamaah. Fikih Islam memiliki lima cabang, yaitu
mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, Hambali, dan Zahiri. Salafi Wahabi sangat
bertentangan dengan prinsip tersebut. Menurut mereka, Ahlussunnah wal
Jamaah itu adalah Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab. Demikian
juga terkait pasal 4 yang mendepak Al-Azhar untuk menjadi rujukan
satu-satunya terkait masalah-masalah fikih dan fatwa. Pasal ini akan
membuka peluang munculnya rujukan-rujukan alternatif. Oleh karena itu,
Salafi Wahabi sekarang ini mendirikan instansi-instansi lain agar dapat
menjadi alternatif lain, atau menandingi Al-Azhar itu sendiri.
A: Menurut Anda, mengapa dalam konstitusi baru perempuan terpinggirkan?
B: Perempuan dalam pola pikir Ikhwan dan Salafi Wahabi
merupakan warga negara kelas dua, hanya seorang pembantu yang diperistri
dan alat pemuas syahwat. Pola pikir tersebut adalah pola pikir dunia
ketiga yang cocok untuk kalangan badui.
A: Akankah perempuan memiliki perwakilan di DPR dalam pemilu yang akan datang?
B: Perempuan akan memasuki DPR sebagai hiasan semata, untuk memuaskan Amerika dan Uni Eropa.
A: Bagaimana sebenarnya posisi perempuan dalam Islam?
B: Posisi perempuan dalam Islam, tidak seperti posisinya di
kalangan umat Islam saat ini. Islam memuliakan dan mengangkat derajat
perempuan. Sepanjang sejarah manusia, tidak pernah ada pernyataan bahwa
surga ada di bawah telapak kaki seorang perempuan, kecuali di dalam
Islam. Perempuan adalah partner laki-laki. Islam tidak melarang
perempuan untuk menduduki jabatan tertinggi di negara. Al-Qur’an sendiri
menceritakan tentang Ratu Balqis penguasa Yaman, ibu Nabi Musa ‘Alaihis
Salam, Siti Maryam ibu Nabi Isa ‘Alaihis Salam, juga istri-istri Nabi
SAW. Ummul Mukminin yang mengajarkan kepada umat tentang dasar-dasar
agama Islam.
A: Apa pendapat Anda tentang Menteri Agama?
B: Semoga Allah mengampuninya. Di masa kepemimpinannya,
banyak ulama senior Al-Azhar yang disingkirkan dari keanggotaan Majelis
Tinggi Urusan Agama, seperti DR. Ahmad Umar Hasyim (Guru Besar Ilmu
Hadits Universitas Al-Azhar, red). Para ulama senior Al-Azhar itu
disingkirkan dan diganti dengan orang-orang yang tidak berkompeten.
Tujuan semua itu adalah untuk menggerus wibawa para ulama, dan
menjalankan politik “Orang yang bukan dari golongan kami, maka tidak ada
jalan baginya untuk bersama kami”. Ditambah lagi adanya usaha untuk
menyingkirkan para ulama Al-Azhar dari masjid-masjid besar dan menggeser
mereka ke masjid-masjid kecil pinggiran kota.
A: Bagaimana Anda melihat terkait penggunaan agama dalam politik?
B: Menggunakan agama dalam politik membawa kita kembali ke
abad pertengahan. Hal ini akan menyebabkan munculkan pemikiran-pemikiran
ekstrem dan peperangan. Inilah yang dilakukan oleh Paus Gereja pada
abad pertengahan. Ini sudah diberhangus selama berabad-abad. Karena
berpolitik dengan agama dapat menyeret umat Islam ke dalam peperangan
sengit. Para politisi islamiyyin saat ini menyalahgunakan agama, sesuai
dengan keinginan mereka. Dalam sejarah Islam, slogan-slogan agamis
digunakan oleh kaum Khawarij untuk tujuan-tujuan politik melawan
Sayyidina Ali r.a. saat mereka menyatakan: “Wahai Ali, hukum hanya milik
Allah, bukan milikmu.”
A: Bagaimana menurut Anda mengenai orang-orang yang mencela dan menfitnah di layar televisi atas nama Islam?
B: Mereka telah membahayakan Islam melebihi musuh-musuh
Islam sendiri. Tidak ada seorang pun dari mereka yang memiliki
kapabilitas keilmuan agama yang mumpuni. Oleh karenanya, amunisi mereka
habis untuk berbicara mengenai tema-tema agama. Mereka hanya bisa
berbicara mengenai obrolan ringan, peristiwa-peristiwa yang sedang
terjadi, tafsir mimpi, dan materi-materi tarbiyah ringan yang merupakan
pondasi pembangun karakter mereka, yang ini semua menyebabkan syariat
Islam terasa kering dan merendahkan akhlak.
A: Apakah tindakan para syekh Salafi sesuai dengan pemahaman Islam yang benar?
B: Sangat disayangkan, mereka melaksanakan agenda Wahabi
yang berasal dari negara Teluk. Tujuan utamanya adalah untuk menggeser
Mesir dari peran kepemimpinannya dalam menyebarkan Islam yang diwakili
oleh Al-Azhar. Ada negara Teluk yang bermimpi ingin mengambil peran
sentral Mesir, namun terhalang oleh keberadaan Al-Azhar. Oleh karena
itu, mereka berpikir pentingnya mendirikan rujukan alternatif atau
setidaknya instansi tandingan Al-Azhar. Bertolak dari hal ini, mulai ada
upaya untuk menebarkan keraguan ke masyarakat akan keilmuan dan sikap
moderat Al-Azhar.
A: Apa pendapat Anda tentang fatwa takfir terhadap siapa pun yang menentang Ikhwanul Muslimin dan Salafi?
B: Fatwa takfir tersebut akan terus muncul selama Ikhwan
dan Salafi memimpin Mesir. Mereka melanjutkan kebijakan keamanan yang
salah dari rezim sebelumnya.
A: Bagaimana cara menghadapi fatwa tersebut?
B: Caranya dengan memperkuat instansi Al-Azhar, tidak
mengucilkan para ulama yang berkompeten, dan melarang berfatwa tanpa
ilmu yang mumpuni.
A: Anda adalah orang pertama yang menyerukan perlunya stasiun televisi yang berbicara atas nama Al-Azhar, mengapa?
B: Saya menyerukan hal itu untuk melawan tersebarnya
pemahaman-pemahaman dan pemikiran-pemikiran yang salah dari para syekh
Salafi dan Ikhwan. Sayangnya, saluran televisi milik mereka telah
memasuki rumah orang-orang awam. Dakwah Al-Azhar tidak cukup hanya
dilakukan di masjid-masjid. Al-Azhar harus menggunakan sarana dan
senjata yang sama dengan mendirikan stasiun televisi yang menyiarkan
pemahaman Islam yang benar, yang jauh dari persoalan mazhab-mazhab
akidah dan fikih, serta urusan politik. Stasiun ini berdiri secara
independen yang diisi oleh para ulama yang ikhlas, tidak mengharapkan
ketenaran dan kekayaan, serta mereka harus menjadi panutan umat bukan
justru menjadi pengikut kelompok tertentu.
A: Apa hambatan untuk mewujudkan lahirnya stasiun televisi ini?
B: Saya tidak tahu.
A: Apakah Anda pernah menggalang dana untuk mendirikan stasiun televisi Al-Azhar?
B: Saya tidak pernah melakukan hal itu. Saya seorang ulama dan dai. Tugas dan misi saya adalah berdakwah, bukan urusan uang.
A: Mengapa Anda dituduh demikian?
B: Tuduhan ini merupakan rangkaian tuduhan yang dilakukan
oleh Ikhwanul Muslimin dan Salafi yang menuduh saya sebagai orang Syiah
dan Sufi, serta saya membela para artis. Entah tuduhan apa lagi
selanjutnya.
A: Apakah benar Anda membela artis Ilham Shaheen?
B: Merupakan sebuah kehormatan jika saya membela seorang
warga negara Mesir yang dituduh telah berbuat zina. Saya melakukan itu
untuk membela reputasi dakwah Islam. Pijakan saya dalam melakukan
pembelaan tersebut adalah prinsip dasar Islam, dan saya tidak tahu
detail prilaku artis tersebut. Saya senantiasa berbaik sangka kepada
seluruh warga Mesir. Itu saya lakukan bukan untuk membela seseorang
(artis tersebut, red), namun saya membela dakwah Islam yang terlepas
dari tuduhan zina kepada orang lain dengan cara seperti itu.
A: Apa alasan Salafi menyerang Anda?
B: Salafi telah meletakkan saya di kepala mereka. Mereka
akan terus menyerang saya sampai saat ini. Itu karena saya terus
menjalankan misi untuk mengoreksi pemahaman-pemahaman yang salah tentang
ajaran Islam. Hal inilah yang membuat kalangan ekstrimis tidak nyaman.
Saya menjalankan misi ini sejak 50 tahun lalu, saat gerakan terorisme
mulai merebak yang sekarang ini menjadi satu bagian aneh di
tengah-tengah kehidupan kita. Saya mengritik mereka dalam buku-buku yang
saya tulis. Saya telah membongkar kedok mereka saat saya menulis buku
berjudul “Ahdaaf al-Fikr al-Wahabi wa as-Salafiyah bainan al-Ashil wa
ad-Dafiin” (Tujuan Sekte Wahabi Salafi Antara Prinsip Murni dan Agenda
Tersembunyi). Saya juga telah menulis buku tentang pemahaman Islam yang
benar untuk dikonsumsi kalangan muslim luar negeri, melalui perantara
Kementerian Luar Negeri. Semua itu saya perjuangkan sendiri.
A: Bagaimana mereka menyerang Anda?
B: Mereka menyerang saya di mana-mana. Itu dimulai ketika
saya mengajar di masjid-masjid, mereka mempersulit keberadaan saya di
masjid-masjid tersebut. Demikian juga saat saya mengajar secara khusus
kepada para pemuda dan kalangan perempuan. Ditambah lagi, mereka
melakukan berbagai ancaman hingga sampai pada pelecehan fisik, menebar
tuduhan bohong, dan memalsukan potongan-potongan video dari media demi
menggiring opini publik untuk memusuhi saya.
A: Mengapa berbagai ancaman tersebut muncul?
B: Karena saya satu-satunya yang secara nyaring menyuarakan
kebenaran menentang pemikiran radikal dan kekerasan bersenjata yang
dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin dan Salafi.
A: Apa pendapat Anda tentang Mursyid Ikhwanul Muslimin?
B: Apa yang Anda maksud dengan mursyid? Saya ingin tahu
arti spesifik dari kata “mursyid”. Apakah yang Anda maksud mursyid
politik atau mursyid agama? Saya tidak tahun, sebenarnya dia mursyid di
ranah yang mana.
A: Siapa sebenarnya yang memimpin Mesir?
B: Sangat ruwet dan kacau.
A: Bagaimana menurut Anda terkait Jamaah Amar Ma’ruf Nahi Munkar?
B: Itu adalah kelompok para remaja dari kalangan Salafi yang ingin terkenal di dunia dengan memakai nama Islam.
A: Anda pernah menyatakan bahwa jika jamaah tersebut
benar-benar ada, maka perlu dipertanyakan keberadaan Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Kehakiman, kenapa?
B: Saya tidak bermaksud meremehkan keberadaan kedua menteri
tersebut. Akan tetapi, jika organisasi Amar Makruf Nahi Munkar berdiri,
maka apa manfaat dan tugas dari Menteri Dalam Negeri dalam menjaga
stabilitas keamanan dan Menteri Kehakiman sebagai badan peradilan?
A: Menurut Anda, siapa yang berhak melakukan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar?
B: Sudah tentu para ulama Al-Azhar.
A: Apakah mahasiswa Universitas Al-Azhar terpengaruh dengan pemikiran mereka?
B: Universitas Al-Azhar, dengan manhajnya yang moderat
berisi kader-kader salafi dalam jumlah besar. Juga ada upaya untuk
meracuni pikiran para mahasiswa Al-Azhar di asrama-asrama Al-Azhar. Hal
itu Ikhwan lakukan dengan cara membelikan sebagian buku untuk para
mahasiswa. Demikian juga, setiap hari Jumat ada mobil menjemput para
mahasiswa dari asrama untuk diantar ke pengajian para syekh Salafi yang
tidak henti-hentinya menghina Al-Azhar, hingga para mahasiswa tersebut
mendengarkan ceramah yang menyatakan Al-Azhar kafir dan syirik menurut
keyakinan mereka. Orang-orang Salafi Wahabi mengafirkan para ulama
Al-Azhar. Mereka menuduh Al-Azhar telah mencampurkan bid’ah dan
kemusyrikan. Mereka berusaha keras untuk mengubah akidah dan manhaj
(metodologi) Al-Azhar dan diganti dengan metodologi badui, hingga
Al-Azhar berubah menjadi instansi Wahabi dan sekte Wahabi tegak di bumi
Mesir.
A: Apakah menurut Anda ada perbedaan antara sekulerisme, liberalisme, dan kalangan kiri?
B: Tidak ada perbedaan. Semua itu merupakan ideologi
politik dan ekonomi yang tidak akan mempengaruhi keberagamaan seseorang
selagi dia mengucapkan dua kalimat syahadat. Seorang liberal dan sekuler
yang muslim jauh lebih baik daripada orang yang mengaku menegakkan
agama Islam. Mereka memiliki pemikiran yang bersih jauh lebih baik
daripada para penjual agama. Kata liberal dan sekuler tidak bermakna
agama, namun itu hanya ideologi politik semata.
A: Bagaimana Anda melihat tragedi kota Khosus baru-baru ini?
B: Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Al-Azhar dengan
para ulamanya dan Gereja dengan para pastornya bekerjasama melawan
agresi Ikhwanul Muslimin dan Salafi. Beberapa hari setelah Al-Azhar
dilecehkan dengan berdemo di Kantor Grand Shaikh Al-Azhar, terjadi
penyerangan terhadap Gereja Katredal. Apa yang bisa kita harapkan dari
para pemuda yang terdoktrin oleh Yasir Buhami, Ya’kub, dan Abu Islam?!
A: Meski rezim Mubarak buruk, namun sebagian rakyat Mesir beranggapan bahwa itu masih lebih baik daripada rezim saat ini?
B: Rezim Mubarak tidak semuanya buruk. Mubarak telah
berkontribusi dalam membangun militer, perang istinzaf (the war of
attrition) dengan Israel, kemenangan Oktober, dan membangun
pondasi-pondasi negara seperti jalanan, alat transportasi, dan kota-kota
baru. Ya, memang dia melakukan banyak kesalahan, akan tetapi dia
merupakan bagian dari sejarah militer Mesir. Adapun sekarang ini, saya
sendiri tidak tahu apa yang harus saya katakana tentang Presiden
sekarang. (habis)
Sumber: Mosleminfo
0 komentar: