Senin, 07 Januari 2013

Berita Terbaru Terkait Penutupan Tempat Pelacuran di Km 17 Balikpapan

BALIKPAPAN - Pemkot Balikpapan di bawah kepemimpinan HM Rizal Effendi SE membuktikan keseriusannya untuk menutup lokalisasi Km 17 yang bertahun-tahun bahkan telah berganti kepemimpinan kepala daerah selalu menjadi wacana. Seorang sumber Balikpapan Pos menginformasikan, Pemkot dipastikan mempercepat penutupan tempat esek-esek terbesar di Kota Beriman itu.

“Saat rapat, wali kota sudah menyampaikan untuk mempercepat penutupan Km 17. Jadi bukan ditutup Juli nanti,” kata sumber tadi. Kembali ia membeberkan, usulan penutupan itu, dibahas dalam rapat Forum Komunikasi Kepala Daerah (FKPD) yang berlangsung pada Kamis (3/1) malam di rumah jabatan wali kota.
“Sebelumnya, Pemkot sudah paparan terkait konsep penutupan di depan pengurus MUI, dan MUI setuju dengan konsep penutupan itu. Saat rapat bersama FKPD, seluruh unsur FKPD pun setuju, tapi kenapa penutupannya malah diundur lagi,” sesalnya.

Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Balikpapan, HM Jailani MSI saat dikonfirmasi membenarkan hal tersebut. “Iya, harusnya memang dipercepat, kok malah diundur lagi penutupannya. Tanggal 7 Januari nanti (besok, Red) konsepnya sudah mulai diterapkan, MUI setuju karena MUI klop dengan konsep itu,” kata Jailani via telepon selulernya, Sabtu (5/1) kemarin.

MUI, tandas dia, hari ini (Sabtu kemarin, Red) menggelar rapat intern pengurus guna menanggapi penutupan Km 17 yang ditunda Juli nanti seperti yang disampaikan Ketua DPRD, H Andi Burhanuddin Sollong.

“Ini kami mau rapat nih, soal penundaan itu. Hasilnya nanti langsung dari KH Syarwani Zuhri (Ketua Umum, Red) aja ya,” kata Jailani. Apakah rapat itu terkait deadline MUI untuk menutup Km 17 yang telah dua kali diundur yakni 31 Desember 2012. Kemudian direvisi lagi menjadi 15 Januari 2013. “Yang jelas, MUI telah sepaham dengan paparan terkait konsep penutupan Km 17 yang disampaikan Pemkot melalui Kadisnakersos Amin Latif,” kata Jailani.

Secara terpisah, seorang pengurus MUI lain yang minta namanya tidak dikorankan kepada Balikpapan Pos mengatakan, waktu rapat di sekretariat MUI beberapa waktu lalu, sempat diinventarisir berapa banyak massa yang akan turun ke jalan untuk melaksanakan aksi damai menuntut penutupan Km 17.

Dari HTI, warga nadhliyin, Muhammadiyah, persatuan pengurus masjid, pihak sekolah, santri dan pengajar Pondok Pesantren dan ormas-ormas Islam lainnya, totalnya setelah diinventarisir ada 1.000 orang,” ucap dia. 

Aksi damai awalnya hendak diarahkan ke kantor balaikota dan DPRD, namun setelah mengetahui bahwa Pemkot serius terbukti dengan telah sejak lama menyusun konsep penutupan Km 17, aksi itu pun dialihkan hanya ke gedung DPRD Balikpapan. 

“Dengan pertimbangan menjaga kondusivitas kota, karena dengan massa yang begitu besar, maka aksi damai kami undur. Jika 15 Januari nanti (Km 17, Red) tidak juga ditutup, maka tidak ada jalan lain selain turun ke jalan. Dan KH Syarwani langsung yang akan memimpin,” pungkasnya. 

Dia menambahkan, dengan mencuatnya pernyataan Ketua DPRD penutupan Km 17 Juli mendatang, hari ini (Sabtu kemarin, Red) sejumlah ormas Islam kembali mendesak MUI untuk melakukan rapat internal. “Karena ada pernyataan penundaan dari dewan itulah, hari ini (kemarin, Red) kami kembali rapat. Kami jadi tahu, bahwa Pemkot selama ini serius, tapi yang diseberang malah menunda-nunda,” bebernya.  

Kemarin diberitakan, pihak legislatif mengaku mendukung penutupan Lokalisasi Km 17, tapi Dewan pula yang meminta sejumlah syarat lebih dulu dilaksanakan dengan dalih agar tidak terjadi pelanggaran asasi. Kendati begitu, pihaknya menegaskan paling lambat proses penutupan lokalisasi di kawasan Karang Joang tersebut rampung bulan Juli ini.

“Jadi bulan 7 (Juli, Red) Km 17 sudah ditutup,” tegas Ketua DPRD Balikpapan, H Andi Burhanuddin Solong kepada sejumlah wartawan di Kantor DPRD, Jumat (4/1) lalu.

Menurut ABS-akrabnya disapa, pihaknya tetap akan mengalokasikan anggaran untuk pelatihan dan keterampilan guna memberdayakan para wanita tuna susila (WTS) tersebut. “Kalau dana pelatihan keterampilan WTS kami alokasikan, karena memberdayakan para WTS ini merupakan tanggung jawab pemerintah. Sehingga mereka bisa mencari pekerjaan pengganti,” terang ABS.

Diakui ABS, pemberian pelatihan dan keterampilan ini cukup penting bagi para WTS. Sehingga mereka tidak melakukan aktivitas yang bertentangan dengan norma agama.

“Saya kira tidak ada satupun manusia di dunia ini yang hidupnya ingin menjadi pelacur. Karena itu, kami berikan pelatihan keterampilan supaya mereka tidak bekerja lagi sebagai pelacur,” tandasnya

Wakil Ketua Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia (Adeksi) ini, mengakui bahwa praktek prostitusi di Km 17 ini harus ditutup lantaran bertentangan dengan ajaran agama. “Jelas-jelas bahwa aktivitas di Km 17 ini dilarang oleh agama,” akunya.

Tidak hanya itu, ia meminta agar tidak ada lagi penggunaan dana APBD untuk pemulangan WTS ini ke daerahnya masing-masing. Sebab bertentangan dengan undang-undang dan tidak ada dalam nomenklatur di Satuan Kerja Perangkat dDaerah (SKPD) terkait.

“Kalau untuk uang pulang biar  mereka (WTS, Red) ini yang cari sendiri. Begitu juga mengenai lapangan kerja, biar mereka yang cari sendiri penggantinya,” ungkap ABS.(yud)

sumber : balikpapan pos

SHARE THIS

Author:

Situs Berita Islam Balipapan merupakan situs yang memberitakan tentang dunia Islam dan umat Islam, berbagi informasi dan menyemarakkan dakwah / syiar Islamiyah.